”Jangan terburu-buru wahai penduduk Yatsrib! Sesungguhnya membawa keluar beliau pada hari ini artinya adalah memisahkan diri dari seluruh bangsa Arab, membunuh para pemuka kalian dan kalian akan diacungkan pedang dari berbagai penjuru. Jika kalian sabar untuk itu maka bawalah dia dan kalian akan mendapat pahala dari Alloh, namun jika kalian takut maka tinggalkanlah dia dan katakanlah kepadanya dengan terus terang karena hal itu lebih ringan bagi kalian di sisi Alloh”
(As’ad bin Zarooroh)
PEMBAHASAN KEDUA
Dan ketahuilah --- semoga Alloh ta’aalaa mengokohkan kita di atas jalan yang lurus --- bahwasanya baroo-ah dan permusuhan yang harus ditampakkan dan ditunjukkan kepada orang-orang kafir dan sesembah-sesembah mereka sesuai dengan millah Ibrohim itu akan menuntut banyak pengorbanan…..
Maka janganlah ada yang mengira bahwa jalan ini penuh dengan bunga-bunga dan wewangian, atau dengan santai dan kenikmatan. Namun, demi Alloh ta’aalaa jalan ini penuh dengan hal-hal yang tidak enak dan ujian….akan tetapi akan berakhir dengan wewangian, nikmat dan kesenangan, sedangkan Alloh ta’aalaa tidak murka….Kami tidak mengharapkan ujian menimpa diri kami atau menimpa kaum muslimin, akan tetapi ujian itu adalah sunnatulloh ‘Azza wa Jalla dalam menempuh jalan ini untuk memisahkan antara yang baik dan yang buruk. Ini adalah jalan yang tidak disukai hawa nafsu dan penguasa karena jalan ini jelas-jelas bertentangan dengan kondisi mereka, dan karena jalan ini adalah baroo-ah yang nyata terhadap sesembahan-sesembahan dan kesyirikan-kesyirikan mereka. Adapun selain jalan ini, sungguh engkau akan dapatkan rata-rata pelakunya adalah orang yang mewah dan cenderung kepada kehidupan dunia. Tidak terlihat adanya ujian padanya, karena sesungguhnya orang itu diuji sesuai dengan kadar keimanannya. Maka orang yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang yang di bawahnya dan begitu seterusnya…sedangkan para pengikut millah Ibrohim adalah orang-orang yang paling berat ujiannya karena mereka mengikuti manhaj para Nabi dalam berdakwah….sebagaimana yang dikatakan Waroqoh bin Naufal kepada Nabi SAW: “Tidak ada seorangpun orang yang membawa seperti apa yang engkau bawa kecuali ia pasti dimusuhi….” Ini diriwayatkan oleh Al Bukhooriy. Maka jika engkau melihat orang yang mengaku mendakwahkan apa yang didakwahkan oleh Nabi SAW dan dengan menggunakan metode dakwah beliau serta sesuai dengan manhaj beliau, namun dia tidak memusuhi para pelaku kebatilan dan penguasa, bahkan dia tenang dan santai berada di tengah-tengah mereka…. maka lihatlah kondisinya…. pasti dia tersesat jalan….dan tidak membawa apa yang dibawa Nabi SAW, dan mengikuti jalan yang bengkok… atau pengakuannya dusta, dia mengenakan pakaian yang tidak layak dia kenakan, baik karena menuruti hawa nafsu atau karena setiap orang berbangga dengan pemikirannya sendiri, karena ingin meraih materi duniawi, seperti menjadi intel dan mata-mata untuk para penguasa terhadap orang-orang yang menjalankan diin… dan apa yang dikatakan oleh Waroqoh kepada Nabi SAW tersebut telah menancap pada jiwa para sahabat ketika mereka berbai’at kepada Nabi SAW, yaitu dengan berdirinya As’ad bin Zarooroh untuk mengingatkan mereka: ”Jangan terburu-buru wahai penduduk Yatsrib! Sesungguhnya membawa keluar beliau pada hari ini artinya adalah memisahkan diri dari seluruh bangsa Arab, membunuh para pemuka kalian dan kalian akan diacungkan pedang dari berbagai penjuru. Jika kalian sabar untuk itu maka bawalah dia dan kalian akan mendapat pahala dari Alloh, namun jika kalian takut maka tinggalkanlah dia dan katakanlah kepadanya dengan terus terang karena hal itu lebih ringan bagi kalian di sisi Alloh”. Ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Al Baihaqiy.
Perhatikanlah ini baik-baik, karena sesungguhnya kita sangat membutuhkannya pada saat sekarang, dimana masalah ini telah dikubur oleh para da’i dan aktivitas dakwah…. Maka perhatikanlah dirimu sendiri, lalu adakanlah evaluasi … bandingkanlah dakwah tersebut dengan jalan ini, lalu buatlah perhitungan atas kelalaian yang terjadi. Jika kamu termasuk orang yang sabar untuk menjalankannya maka tempuhlah jalan itu dengan benar dan mohonkanlah kepada Alloh ‘Azza wa Jalla agar meneguhkanmu dalam menghadapi ujian yang akan menimpamu… Atau jika kamu termasuk orang-orang yang takut dan kamu melihat dirimu tidak mampu untuk melaksakannya dan untuk menyatakan millah ini secara teran-terangan maka janganlah engkau mengenakan baju da’i, tutuplah pintu rumahmu, uruslah urusan-urusan pribadimu dan tinggalkanlah urusan orang-orang banyak … Atau lakukanlah ‘uzlah (mengasingkan diri) disebuah lembah dengan domba-domba yang kamu miliki…. Karena demi Alloh seseungguhnya hal itu sebagaimana yang dikatakan oleh As’ad bin Zarooroh, lebih ringan disisi Alloh dari pada kamu mentertawakan dirimu dan mentertawakan manusia, karena kamu tidak kuat melaksanakan millah Ibrohim lalu kamu berdakwah dengan cara yang bengkok, dan kamu mengikuti selain petunjuk Nabi SAW, dengan berbasa-basi dan mudaahanah (kompromi) dengan thoghut, serta menutupi dan tidak menunjukkan permusuhan kepada mereka atau kepada kebatilan mereka… maka demi Alloh ta’aalaa, sesungguhnya ketika itu orang yang menyendiri disebuah lembah dengan membawa domba-dombanya itu lebih baik dan lebih lurus jalannya dari pada dirimu, dan sungguh benar orang yang mengatakan :
نجس السريرة طيب الكلمات يرضى ويعجب كل طاغ وعات في هذه الأيام بالكلمات وتقدموا في سائر الحفـلات كلا ولا كشفوا عن الهلكات في وصل أهل الظلم و الشهوات التقدير للمشهور بالنـزوات في عصرنا بتوفر الرغبات مخفوفة بالريب والشبهـات | الصمت أفضل من كلام مداهن عرف الحقيقة ثم حاد إلى الذي لا تعجبوا يا قوم ممن أخضبوا وعلوا المنابر و الصحائف سودوا والله ما قالوا الحقيقة و الـهدى أنى يشير إلى الحقيقة راغــب أو طالبا للجاه في عصــر به فنصيحتي يا قوم ألا تطمــعوا عيشوا لدين الله لا لحضــارة |
diam itu lebih utama dari pada ucapan orang yang bermudaahanah (kompromi)…
hatinya najis namun kata-katanya indah…
dia memahami kebenaran kemudia berpaling kepada sesuatu yang …
menyenagkan semua thoghut yang melampaui batas…
wahai kaumku, janganlah kalian heran dengan orang-orang yang meramaikan …
pada hari ini dengan kata-kata ….
mereka naik ke mimbar-mimbar dan memenuhi lembaran-lembaran dengan tulisan …
mereka maju dalam setiap pertemuan …
demi Alloh ta’aalaa, mereka itu tidak mengucapkan kebenaran…
sekali-kali tidak, mereka tidak menyingkap hal-hal yang merusak…
bagaimana ia bisa menunjukkan kebenaran sedangkan dia senang…
berhubungan dengan orang dholim dengan mengumbar hawa nafsu …
atau mencari kedudukan di zaman yang …
kehormatan orang-orang ternama hanya didapatkan dengan kejahatan dan kejelekan…
maka nasehatku wahai kaumku, janganlah kalian tamak …
dengan banyaknya kesenangan pada zaman kita …
hiduplah untuk diin Alloh ta’aalaa, bukan untuk kebudayaan …
yang dipenuhi dengan keraguan dan hal-hal yang samar…
Dan sungguh kami melihat mereka sering menjelek-jelekan orang-orang yang telah melihat penyelewengan mereka dan penyimpangan jalan mereka, lalu berpaling dari mereka dan dari dakwah mereka yang tidak sesuai dengan manhaj nubuwah (metode Nabi) … kami melihat mereka mengejek orang-orang tersebut lantaran mereka ‘uzlah (mengasingkan diri) … mereka mencibir orang-orang tersebut dengan mengatakan bahwa mereka berpangku tangan, cenderung kepada dunia dan melalaikan dakwah… lalu dakwah yang bagaimanakah yang kalian gunakan sebagai sarana untuk menjadi tentara dan polisi, anggota MPR, Parlemen yang syirik dan jabatan-jabatan lain yang turut memperbanyak barisan orang-orang dholim, atau yang kalian gunakan untuk masuk ke lembaga-lembaga kekejian seperti Universitas-universitas yang di dalamnya bercampur aduk antara laki-laki dan perempuan, perguruan-perguruan, sekolahan-sekolahan yang rusak dan lain-lain, dengan alasan untuk kemaslahatn dakwah sehingga kalian tidak menyatakan diin kalian yang benar dan tidak mendakwahkannya sesuai denagn petunjuk Nabi SAW… bagaimana bisa orang-orang tersebut melalaikan dakwah yang benar, yang berarti melalaikan furqoon (pemisah secara tegas) dalam berdakwah yaitu “Millah Ibrohim” lalu mereka berhujjah dengan sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, At Tirmiidziy, dan lain-lain:
المؤمن الذي يخالط الناس ويصبر على أذاهم أفضل من المؤمن الذي لايخالط الناس ولا يصبر على أذاهم
Orang beriman yang bercampur dengan manusia dan dia bersabar terhadap gangguan mereka, itu lebih baik daripada orang beriman yang tidak bercampur dengan manusia dan tidak bersabar dangan gangguan mereka.
Kami katakan, sesungguhnya hadits ini di timur dan kalian di barat, karena bercampur dengan manusia itu harus sesuai dengan petunjuk Nabi SAW bukan dengan mengikuti hawa nafsu dan pikiran kalian serta metode-metode dakwah kalian yang bid’ah…Jika hal ini dilakukan, maksudnya sesuai dengan petunjuk Nabi SAW maka gangguan dan pahala itu akan sama-sama didapatkan...kalau tidak begitu, lalu pahala apakah yang ditunggu-tunggu orang yang tidak berdakwah sesuai dengan petunjuk Nabi SAW sedangkan dia telah melalaikan salah satu syarat yang besar dari syarat-syarat diterimanya amal yaitu ittibaa’ (mengikuti petunjuk Nabi SAW). Dan gangguan apa yang akan ditemui orang yang tidak menunjukkan permusuhan kepada orang-orang fasiq, fajir dan orang-orang yang bermaksiat, serta tidak menyatakan baroo’ kepada kesyirikan-kesyirikan mereka dan jalan-jalan mereka yang bengkok…..justru malah bergaul dengan mereka, membiarkan kebatilan mereka, bermuka senang di hadapan mereka dan tidak bermuka masam (marah) karena Alloh ta’aalaa sedikitpun ketika mereka melanggar hukum-hukum Alloh ta’aalaa dengan menggunakan dalih bersikap lembut dan hikmah, dan mau’idhoh hasanah (memberi nasehat dengan cara yang baik), tidak membikin manusia lari dari diin, kemaslahatan dakwah dan lain-lain. Ia merobohkan diin satu ikatan demi satu ikatan lantaran sikap lembut mereka yang menyimpang dan hikmah mereka yang bid’ah.
Syaikh ‘Abdul Lathiif bin ‘Abdur Rohmaan dalam sebuah risalahnya yang terdapat dalam Ad Duror As Sunniyah, ketika menjelaskan masalah terang-terangan dalam menyampaikan diin Islam dan amar ma’ruuf nahi munkar, ia mengatakan: “Dan meninggalkan itu semua sebagai bentuk mudaahanah (kompromi), bergaul dan lain-lain sebagaimana yang dilakukan orang-orang bodoh itu lebih besar bahaya dan dosanya daripada orang yang meninggalkannya hanya karena kebodohan, karena golongan ini berpendapat bahwa ma’iisyah (sumber penghidupan) itu tidak diperoleh kecuali dengan begitu, sehingga mereka menyelisihi para Rosul dan para pengikutnya, dan mereka keluar dari jalan dan manhaj mereka. Karena mereka berpendapat berdasarkan akal mereka, untuk menyenangkan manusia dalam berbagai lapisannya, hidup damai dengan mereka dan berusaha mendapatkan cinta dan kasih sayang mereka. Namun demikian tidak ada peluang untuk itu maka dia lebih mengutamakan kesenangan hawa nafsu, kenikmatan, berdamai dengan manusia dan tidak bermusuhan karena Alloh ta’aalaa serta menghadapi gangguan karenanya. Ini semua sebenarnya hanya akan mengakibatkan kebinasaan di masa yang akan datang. Karena orang yang tidak berwalaa’ dan bermusuhan karena Alloh ta’aalaa tidak akan merasakan nikmatnya iman. Sedangkan ridlo Alloh dan RosulNya tidak akan dapat diraih dengan akal-akalan, karena ia hanya dapat diperoleh dengan cara membikin marah musuh-musuh Alloh ta’aalaa dan lebih mengutamakan ridlo Alloh ta’aalaa, serta marah apabila hukum-hukum Alloh ta’aalaa dilecehkan. Sedangkan marah itu tumbuh dari hati yang hidup, kecemburuan serta pengagungannya. Dan apabila hati tidak ada kehidupan, kecemburuan dan pengagungan, serta tidak ada kemarahan dan perasaaan muak, dan menganggap sama antara yang buruk dan yang baik dalam pergaulan, muwaalah (loyalitas) dan permusuhannya, maka kebaikan apakah yang masih tersisa dalam hati orang ini….” (juz Jihad hal. 35)
Dan engkau akan mendapatkan sebagian mereka mentertawakan para pengikutnya dari kalangan pemuda dan mereka memerangi ‘uzlah (mengasingkan diri) secara mutlak, dan mereka menolak nash-nash yang kuat tentang masalah ini…dan mereka melantunkan syair Ibnul Mubaarok rh yang dikirim kepada Al Fudhoil:
لعلمت أنك بالعبادة تلعب فنحورنا بدمائنا تتخضب | يا عابد الحرمين لو أبصرتنــا من كان يخضب جيده بدموعه |
wahai orang yang beribadah di dua tempat suci, seandainya engkau melihat kami…
tentu engkau mengerti bahwa engkau bermain-main dalam beribadah…
barang siapa yang membasahi lehernya dengan air matanya….
maka leher-leher kami basah dengan darah-darah kami…
……..dan seterusnya….
Padahal seandainya orang yang beribadah di dua tempat suci itu melihat aktifitas dakwah mereka yang bengkok, mungkin dia akan mengatakan: “Segala puji bagi Alloh yang telah menyelematkan aku dari apa yang menimpa kalian dan memberi banyak keutamaan kepadaku di atas makhluqNya ….”
Dan saya katakan: Jauh berbeda antara dakwah-dakwah dan jalan-jalan yang kalian tempuh dan antara jihadnya Ibnul Mubaarok dan orang-orang sholih tersebut, sehingga kalian tidak mungkin menandingi ibadah orang-orang sholih tersebut dengan dakwah kalian…bahkan mungkin seandainya Ibnul Mubaarok melihat dakwah mereka tentu ia akan menulis bait-bait syair berikut kepada Fudhoil:
لحمدت أنك بالعبادة غائب فهو الجهول بدينه يتلاعب | يا عابد الحرمين لو أبصرتنا من كان لا يدعو بهدي نبيه |
wahai orang yang beribadah di dua tempat suci, seandainya engkau melihat mereka…
tentu engkau bersyukur karena engkau beribadah dan tidak ikut bersama mereka…
barang siapa yang tidak berdakwah sesuai dengan petunjuk nabinya…
maka dia adalah orang yang amat bodoh yang bermain-main dengan diinnya…
You Might Also Like :
1 komentar:
Woi Mau tahu cara menang roulette?
cara menang roulette
Posting Komentar