ثُمَّ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَاكَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Kemudian Kami telah wahyukan kepadamu supaya kamu mengikuti millah Ibrohim yang haniif (lurus) dan bukanlah dia termasuk orang-orang musyrik. (An Nahl: 123)
Pernyataan Baroo’
Kepada para thoghut di manapun dan kapanpun ia berada…
Kepada para thoghut yang berwujud pemerintah, penguasa, qoishor (sebutan penguasa romawi), kisro (sebutan penguasa persi), fir’aun (sebutan penguasa mesir) dan raja…
Kepada pembantu-pembantu mereka dan ulama’-ulama’ mereka yang menyesatkan…
Kepada loyalis-loyalis mereka, bala tantara mereka, aparat kepolisian mereka, intel-intel mereka dan penjaga-penjaga mereka…
Kepada mereka semua …kami katakan…
Sesungguhnya kami baroo’ terhadap kalian dan terhadap apa yang kalian ibadahi selain Alloh…
Kami baroo’ terhadap undang-undang kalian, manhaj-manhaj kalian, hukum kalian dan prinsip-prinsip kalian yang busuk…
Kami kufur terhadap kalian dan telah nyata permusuhan dan kebencian antara kami dan kalian selama-lamanya sampai kalian beriman kepada Alloh saja…
Sungguh akan aku perangi musuhMu selama Engkau menghidupkanku…
Dan sungguh akan aku jadikan perang melawan mereka sebagai adat kebiasaan…
Dan akan aku bongkar borok mereka di hadapan manusia…
Dan akan aku cengangkan mereka denngan lisanku yang mengatakan…
Matilah kalian dengan membawa kemarahan kalian karena Robbku mengetahui..
Kebusukan yang tersembunyi dalam hati kalian ….
Dan Allohlah yang akan membela diin dan kitabNya…
Serta RosulNya dengan ilmu dan kekuasaan…
Dan kebenaran itu adalah penopang yang tidak akan dapat dirobohkan…
Oleh seorangpun meskipun seluruh jin dan manusia berkumpul untuk melakukannya…
(Ibnul Qoyyim)
“Hal ini cukup sebagai bukti bahwa kamu berfikroh jihad dan memiliki senjata. Kami tidak menahan aktifis pergerakanpun kecuali dia memiliki buku ini.”
(Thoghut Yordania)
Kata Pengantar
Segala puji bagi Alloh, Wali (pelindung) orang-orang bertaqwa dan yang menterlantarkan musuh-musuh diin (Islam)…
Sebaik-baik sholawat (do’a) dan sesempurna-sempurna salam (kesejahteraan) semoga terlimpahkan kepada Nabi dan suri tauladan kami yang telah bersabda:
إن الله اتخذني خليلا كما اتخذ ابراهيم خليلا
Sesungguhnya Alloh telah menjadikanku sebagai kholiil (kekasih) sebagaimana menjadikan Ibrohim sebagai kholiil.[1]
Wa ba’du: Buku ini saya hadirkan kepada para pembaca yang mulia dalam penampilan baru. Yang sebelumnya telah diterbitkan, dicetak dan dicopy berkali-kali dan beredar dikalangan para pemuda di seluruh dunia sebelum saya siapkan untuk dicetak. Hal itu karena dulu buku ini saya hadiahkan kepada beberapa ikhwan Al Jazaa-ir di Pakistan dalam bentuk tulisan tangan. Dan ketika itu merupakan satu pasal dari sebuah buku yang tengah saya persiapkan mengenai “Cara-cara Thoghut dalam membuat makar terhadap dakwah dan para da’i (juru dakwah)” Yaitu di saat kondisi terus berubah-rubah dan ketika masih berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain yang tidak sampai selesai. Maka para ikhwan tersebut mencetaknya dengan menggunakan peralatan mereka yang masih sederhana, akan tetapi ketika itu merupakan awal keluarnya buku ini dan penyebab beredarnya.
Kemudian ketika Alloh memberikan kemudahan dengan anugrah dan nikmatNya, saya mulai menyiapkannya untuk dicetak, terutama ketika saya telah menyaksikan sendiri selama saya ditahanan dan dipenjara, betapa marahnya musuh-musuh Alloh terhadap buku ini. Setiap kali mereka menangkap seorang ikhwan, pertama kali yang mereka tanyakan adalah masalah buku ini. Apakah dia pernah membacanya? Dan apakah dia mengenal penulisnya? Dan kepada ikhwan yang mengiyakan pertanyaan mereka, mereka mengatakan: “Hal ini cukup sebagai bukti bahwa kamu berfikroh jihad dan memiliki senjata. Kami tidak menahan aktifis pergerakanpun kecuali dia memiliki buku ini.”
Maka segala puji bagi Alloh yang telah menjadikan buku ini sebagai duri dalam tenggorokan mereka, penyumbat dalam dada mereka dan luka dalam jantung mereka. Dan saya memohon kepada Alloh supaya menaungi kami dengan kebahagiaan dan menjadikannya sebagai su’daan bagi thoghut.[2]
Demikianlah, dan semenjak dicetaknya buku ini sampai saya menulis tulisan ini saya menunggu-nunggu nasehat atau peringatan, dan saya berharap medapatkan beberapa komentar atau kritikan dari orang-orang yang panjang lidah terhadap kami dan terhadap dakwah kami serta terhadap buku ini. Dan juga dari orang-orang yang memfitnah kami melakukan sesuatu yang tidak pernah kami lakukan. Sampai-sampai salah seorang diantara mereka ada yang ketika berkhotbah jum’at di salah satu masjid di Kuwait, ia mengatakan bahwa saya mengatakan pada jaman ini hanya saya sajalah yang sesuai dengan dengan millah Ibroiim. Ia mengatakan bahwa kami mengkafirkan semua orang. Lalu ia menyebut kami sebagai khowaarij jaman sekarang. Dan fitnah-fitnah lainnya yang tidak ada yang bisa tertipu dengannya kecuali orang-orang yang taqlid buta saja…
Adapun para thoolibul ‘ilmi (penuntut ilmu) yang pandangan mereka diterangi oleh cahaya wahyu, mereka memahami bahwa keadaan kami dengan mereka itu sebagai mana yang dikatakan dalam sya’ir:
إذا أراد الله نشر فضيلة طويت أتاح لها لسان حسود
Dan apabila Alloh ingin menyebarkan sebuah keutamaan….
yang telah ditinggalkan, Alloh siapkan baginya lidah-lidah pendengki…
Meskipun buku ini telah lama beredar, dan meskipun banyak orang yang memusuhi dan mendengki, serta banyak orang yang mencela dan mencaci, namun sampai sekarang saya tidak mendapatkan sanggahan atau kritikan atau komentar yang berarti mengenai buku ini. Dan semua yang sampai kepadaku hanyalah perkataan-perkataan kosong yang diterima oleh orang-orang yang tidak sependapat dengan kami secara lisan dari syeikh-syeikh mereka, yang secara global adalah sebagai berikut:
- Mereka mengatakan bahwa Alloh menyebutkan Ibrohim itu “awwaahun haliim” (sangat lembut hatinya dan sangat penyantun), karena ia membela kaumnya Nabi Luuth yang kafir, dan ini bertolak belakang dengan permusuhan mereka yang kalian katakan sebagai prinsip ajarannya.
- Mereka mengatakan --- dan sungguh aneh apa yang mereka katakan ini --- ; Sesungguhnya kita diperintahkan untuk mengikuti jalan dan ajaran Nabi Muhammad SAW. Sedangkan ajaran Nabi Ibrohim AS adalah syariat untuk orang-orang sebelum kita, sedangkan syariat orang-orang sebelum kita tidaklah berlaku bagi kita…
- Mereka mengatakan; Sesungguhnya ayat yang terdapat dalam surat Al Mumtahanah yang menerangkan millah (ajaran) Nabi Ibrohim itu madaniyah (turun setelah hijroh ke Madinah). Dengan demikian ayat tersebut turun ketika kaum muslimin memiliki daulah (negara). Atas dasar ini mereka menetapkan bahwa ayat yang agung ini hanya dilaksanakan ketika ada daulah saja…
- Dan mereka mengatakan; Sesungguhnya hadits yang menerangkan terjadinya penghancuran berhala di Mekah itu lemah. Mereka mengatakan seperti itu bertujuan untuk membantah isi buku ini dengan cara melemahkan hadits tersebut.
Dan mungkin pembaca yang cermat akan mengkritik toleransi kami untuk tidak membantah ucapan-ucapan yang sebenarnya hanya sebagai mana yang dikatakan dalam syair:
شبه تهافت تخالها حقا وكل كاسرٌ مكسورٌ
syubhat-syubhat berhamburan seperti kaca yang dikira….
kebenaran, padahal semuanya pecah dan memecahkan …
Akan tetapi tidak ada alasan bagiku untuk tidak membantahnya karena saya khawatir akan menipu sebagian orang atau didengar oleh orang-orang bodoh, apalagi saya tidak mendengar selain syubhat-syubhat tersebut. Maka secara ringkas saya katakan:
· Pertama: Adapun firman Alloh SWT tentang Ibrohim yang berbunyi:
فلما ذهب عن إبراهيم الروع وجاءته البشرى يجادلنا في قوم لوط إن إبراهيم لحليم أواه منيب
Maka ketika rasa takut Ibrohim telah hilang dan dia telah diberi kabar gembira, ia membantah Kami tentang kaum Luuth, sesungguhnya Ibrohim itu sangat penyantun, berhati lembut dan banyak bertaubat. (Huud:74-75)
Dalam ayat ini tidak ada poin yang dapat dijadikan alasan untuk memperkuat kebatilan mereka. Karena para ahli tafsir telah meriwayatkan bahwa Ibrohim membela kaum Luuth itu karena ada Luuth bukan karena mereka. Para ahli tafsir mengatakan bahwasanya ketika Ibrohim mendengar para Malaikat mengatakan:
إنا مهلكوا أهل هذه القرية
Sesungguhnya Kami akan membinasakan penduduk negeri ini. (Al ‘Ankabuut: 31)
Ia mengatakan: “Bagaimana jika diantara mereka ada lima puluh orang Islam, apakah kalian akan membinasakan mereka?
Mereka menjawab: “Tidak .”
Ia mengatakan: “Kalau empat puluh orang?”
Mereka menjawab: “Tidak.”
Ia mengatakan: “Kalau dua puluh orang?”
Mereka menjawab:”Tidak.”
Ia mengatakan:”Kalau sepuluh orang… kalau lima orang?”
Mereka menjawab:”Tidak.”
Ia mengatakan: “Kalau satu orang?”
Mereka menjawab:”Tidak.”
قال إن فيها لوطا قالوا نحن أعلم بمن فيها لننجينه
Ia mengatakan: Sesungguhnya di dalam negeri tersebut ada Luuth. Mereka menjawab: Kami lebih tahu siapa di dalamnya, kami pasti akan menyelamatkannya dan keluarganya. (Al ‘Ankabuut: 32)
Dan apa yang dikatakan para ahli tafsir ini diperkuat oleh ayat-ayat dalam Al Qur’an…
Padahal sebaik-baik penafsiran adalah penafsiran Al Qur’an dengan Al Qur’an. Dan ayat pertama yang terdapat dalam surat Huud di atas ditafsirkan oleh ayat yang terdapat dalam surat Al ‘Ankabuut, yang merupakan penafsir dan penjelas.
Alloh berfirman:
ولما جاءت رسلنا إبراهيم بالبشرى قالوا إنا مهلكوا أهل هذه القرية إن أهلها كانوا ظالمين قال إن فيها لوطا قالوا نحن أعلم بمن فيها لننجينه وأهله إلا امرأته كانت من الغابرين
Dan ketika para utusan Kami membawa kabar gembira kepada Ibrohim, mereka mengatakan: Sesungguhnya kami akan membinasakan penduduk negeri ini, karena sesungguhnya penduduknya adalah orang-orang dlolim. Ia (Ibrohim) mengatakan: Sesungguhnya di dalamnya ada Luuth. Mereka menjawab: Kami lebih tahu dengan orang yang ada di dalamnya. Kami pasti menyelamatkannya dan keluarganya, kecuali istrinya, ia termasuk orang-orang yang tertinggal. (Al ‘Ankabuut: 31-32)
Kemudian seandainya Ibrohim membela kaumnya Luuth, bukankah kita yang memahami hakekat dakwah para Nabi yang merupakan manusia yang paling kasih sayang terhadap kaum mereka, harus memahami bahwa pembelaan itu karena keinginan yang kuat untuk memberi petunjuk mereka sebelum dibinasakan.?
Bukankah orang yang mempunyai pemahaman yang benar akan memahami pembelaan yang bersifat umum ini berdasarkan sabda Nabi SAW ketika Alloh ta’aalaa mengutus seorang Malaikat penjaga gunung supaya Nabi memerintahkan kepada Malaikat tersebut untuk melakukan apa saja yang beliau kehendaki terhadap kaum beliau, ketika mereka menolak dakwah beliau. Beliau bersabda:
بل أرجو أن يخرج الله من أصلابهم من يعبد الله وحده لايشرك به شيئا
Tidak, aku berharap Alloh akan mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang hanya beribadah kepada Alloh saja dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun. (Hadits ini diriwayatkan oleh Al Bukhooriy dan Muslim)
Bukankah adab yang baik dan husnudzon (berbaik sangka) kepada para Nabi itu menuntut kita untuk memahaminya seperti ini, dan menuntut untuk menghindarkan mereka dari pemahaman-pemahaman yang salah tersebut yang itu sama artinya dengan membenturkan satu ayat dengan ayat yang lainnya dan memperburuk citra dakwah para Nabi karena berarti mengganggap mereka membela kebatilan dan membela orang-orang yang mengkhianati mereka sendiri???
Padahal mereka pada dasarnya tidaklah diutus kecuali untuk baroo’ (berlepas diri dan memusuhi) kesyirikan dan para pelakunya..
Akan tetapi karena mereka tidak mendapatkan dalil-dalil yang jelas yang dapat mendukung kebatilan mereka maka merekapun menggunakan nash-nash (dalil-dalil) yang dhonniyyatud dalaalah (mengandung banyak pengertian) sesuai dengan hawa nafsu mereka, lalu mereka mentakwilkannya dengan pemahaman-pemahaman yang salah untuk menyerang nash-nash yang jelas dan qoth’iy. Seperti firman Alloh ta’aalaa yang terdapat dalam surat Al Mumtahanah yang dengan sangat jelas mengatakan:
قد كانت لكم أسوة حسنة في إبراهيم و الذين معه إذ قالوا لقومهم إنا برءاؤا منكم ومما تعبدون من دون الله
Sungguh telah ada suri tauladan yang baik bagi kalian pada Ibrohim dan orang-orang yang bersamanya ketika mereka mengatakan kepada kaum mereka: Sesungguhnya kami baroo’ (berlepas diri dan memusuhi) kepada kalian dan kepada apa yang kalian ibadahi selain Alloh. (Al Mumtahanah: 4)
Perhatikanlah bagaimana Alloh ta’aalaa menyatakannya sebagai suri tauladan bagi kita … kemudian setelah itu diikuti penekanan. Alloh ta’aalaa berfirman:
لقد كان لكم فيهم أسوة حسنة لمن كان يرجو الله
Sungguh benar-benar ada suri tauladan yang baik pada mereka bagi orang yang mengharap kepada Alloh. (Al Mumtahanah: 6)
Maka perhatikanlah bagaimana mereka berpaling dari nash yang jelas dan gamblang ini lalu mereka mengandalkan ayat yang terdapat dalam surat Huud di atas yang pada penutupannya Alloh ta’aalaa berfirman:
يا إبراهيم أعرض عن هذا
Wahai Ibrohim berpalinglah dari ini.
Maka renungkanlah bagaimana syetan mempermainkan mereka. Dan pujilah Ilaah (tuhan) mu atas petunjukNya kepadamu kepada kebenaran yang nyata:
واجعل لقلبك مقلتين كلا هما من خشية الرحمن باكيتان
لو شاء ربك كنت أيضا مثلهم فالقلب بين أصابع الرحمن
Dan buatlah untuk hatimu dua mata yang keduanya..
Menangis karena takut kepada Ar Rohmaan..
Seandainya Robbmu menghendaki tentu kamu juga seperti mereka ..
Karena hati itu berada di antara dua jari-jari Ar Rohmaan..
· Kedua: Adapun perkataan mereka yang berbunyi; Sesungguhnya millah (ajaran) Nabi Ibrohim itu adalah syariat untuk orang-orang sebelum kita sedangkan syariat orang-orang sebelum kita tidak berlaku bagi kita. Perkataan ini sangatlah aneh. Karena tidakkah mereka memperhatikan firman Alloh ta’aalaa yang sangat jelas yang berbunyi :
قد كانت لكم أسوة حسنة في إبراهيم و الذين معه إذ قالوا لقومهم إنا برءاؤا منكم ومما تعبدون من دون الله كفرنا بكم وبدا بيننا وبينكم العداوة و البغضاء أبدا حتى تؤمنوا بالله وحده
Sungguh ada suri tauladan yang baik bagi kalian pada Ibrohim dan orang-orang yang bersamanya, ketika mereka mengatakan kepada kaum mereka; Sesungguhnya kami baroo’ (lepas diri dan memusuhi) kepada kalian dan apa yang kalian ibadahi selain Alloh. Kami kufur (ingkar) kepada kalian, dan telah nyata permusuhan dan kebencian antara kami dan kalian selamanya sampai kalian hanya beriman kepada Alloh saja…(Al Mumtahanah: 4)
Sampai firmanNya yang berbunyi:
لقد كان لكم فيهم أسوة حسنة لمن كان يرجو الله و اليوم الآخر ومن يتول فإن الله هو الغني الحميد
Sungguh benar-benar ada suri tauladan yang baik pada mereka bagi orang-orang yang mengharap kepada Alloh dan hari akhir. Dan barangsiapa berpaling maka sesungguhnya Alloh itu Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (Al Mumtahanah: 6)
Dan apakah mereka tidak memperhatikan firman Alloh ta’aalaa yang berbunyi:
ومن يرغب عن ملة إبراهيم إلا من سفه نفسه
Dan tidaklah ada orang yang membenci millah (ajaran) Ibrohim kecuali orang yang membodohi dirinya sendiri.
Dan firman Alloh ta’aalaa yang berbunyi:
ثُمَّ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَاكَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Kemudian Kami telah wahyukan kepadamu supaya kamu mengikuti millah Ibrohim yang lurus dan tidaklah dia termasuk orang-orang musyrik. (An Nahl: 123)
Dan berapa banyak hadits shohih yang menyebutkan bahwa Rosululloh mewasiyatkan agar mengikuti millah (ajaran) Ibrohim yang haniif (lurus) dan samhah (toleran). Nash-nash tersebut banyak dan menerangkan secara jelas bahwasanya ajaran Nabi SAW dan pokok dakwahnya adalah baroo’ (berlepas diri dan memusuhi) kepada orang-orang kafir, kepada sesembahan-sesembahan mereka yang palsu dan kepada syariat-syariat mereka yang batil, yaitu sama dengan ajaran Nabi Ibrohim AS.
Dan dalam sebuah hadits muttafaq ‘alaih (disepakati oleh Al Bukhooriy dan Muslim) disebutkan:
الأنبياء أولاد علات
Para Nabi itu adalah anak dari satu bapak dari ibu yang berbeda-beda.
Artinya prinsip mereka satu meskipun cabang-cabangnya berbeda-beda. Dan pembahasan yang paling inti dalam buku ini adalah dasar dan konsekuensi tauhid yang berupa baroo’ kepada kesyirikan dan memusuhi para pelakunya. Dan telah kita ketahui bersama bahwasanya dalam masalah ini tidak ada nasakh (penghapusan hukum) dan tidak disebut sebagai syariat orang-orang sebelum kita karena syariat para Nabi dalam masalah dasar-dasar tauhid dan baroo’ kepada kesyirikan dan kepada pelakunya adalah sama.
Alloh ta’aalaa berfirman:
ولقد بعثنا في كل أمة رسولا أن اعبدوا الله و اجتنبوا الطاغوت
Dan sungguh telah Kami utus pada setiap umat seorang Rosul yang berseru: Beribadahlah kalian kepada Alloh dan jauhilah thoghut. (An Nahl: 36)
Dan Alloh ta’aalaa berfirman:
وما أرسلنا من قبلك من رسول إلا نوحي إليه أنه لا إله إلا أنا فاعبدون
Dan tidaklah Kami utus seorang Rosulpun sebelum kamu kecuali Kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada Ilaah (tuhan yang berhak diibadahi) kecuali Aku maka beribadahlah kepadaKu. (Al Anbiyaa’: 25)
Dan Alloh ta’aalaa berfirman:
شرع لكم من الدين ما وصى به نوحا و الذي أوحينا إليك وما وصينا به إبراهيم
Alloh telah mensyariatkan diin kepada kalian yang mana telah diwasiyatkan kepada Nuuh dan yang telah Kami wahyukan kepadamu dan yang telah Kami wasiyatkan kepada Ibrohim. (Asy Syuuroo: 13)
· Ketiga: Adapun perkataan mereka yang berbunyi; Sesungguhnya ayat yang terdapat dalam surat Al Mumtahanah tersebut madaniyah (turun setelah hijroh ke Madinah) yang turun ketika kaum muslimin memiliki daulah (negara).
Kami jawab: Sesungguhnya Alloh ta’aalaa telah menyempurnakan diinNya untuk kita dan telah mencukupkan nikmatNya kepada kita. Oleh karena itu barang siapa hendak membeda-bedakan apa yang Alloh ta’aalaa turunkan dengan alasan bahwa yang sebagian madaniy dan sebagian makkiy maka dia harus mendatangkan dalil syar’iy tentang apa yang ia inginkan itu, dan kalau dia tidak sanggup maka dia termasuk orang-orang yang dusta. Alloh ta’aalaa berfirman:
قل هاتوا برهانكم إن كنتم صادقين
Katakanlah: Datangkanlah dalil kalian jika kalian benar.
Dan membuka permasalahan ini tanpa ada landasan syar’iy atau dalil, sebenarnya adalah membuka pintu yang besar untuk keburukan dalam diin Alloh ta’aalaa. Dan ini mengandung penolakan terhadap dalil-dalil syar’iy. Seandainya mereka mengatakan bahwa menampakkan ajaran yang agung ini tergantung dengan kemampun tentu kami tidak akan membantahnya. Namun mereka mematikannya dengan alasan ayatnya madaniyah yang turun ketika kaum muslimin memiliki daulah (negara). Padahal Nabi Ibrohim dan orang-orang yang bersamanya ketika mereka menyatakannya dengan terang-terangan mereka adalah mustadl’afiin (lemah dan tertindas) dan mereka tidak mempunyai daulah. Namun demikian Alloh ta’aalaa menerangkan bahwa pada diri mereka terdapat suri tauladan yang baik bagi orang yang mengharapkan Alloh ta’aalaa dan hari akhir. Dan telah kita ketahui bersama bahwa Nabi SAW mengikuti jejak mereka. Oleh karena itu misi utama dakwah beliau sepanjang hidupnya baik semasa di Mekah maupun di Madinah adalah menerangkan tauhid dan baroo’ kepada kesyirikan dan kepada apa-apa yang berkaitan dengannya dan yang merupakan konsekuensi-konsekuensinya yang merupakan ikatan iman yang paling kuat… dan sejarah beliau SAW menjadi saksi atas hal itu, yang diantara contohnya telah saya sebutkan dalam dalam buku ini …
Kemudian seandainya apa yang mereka katakan bahwa ayat yang terdapat dalam surat Al Mumtahanah itu madaniyah, itu benar ..
Lalu apakah surat yang menerangkan baroo’ kepada kesyirikan itu juga demikian ??
قل يا أيها الكافرون لا أعبد ما تعبدون
Katakanlah: Wahai orang-orang kafir, aku tidak beribadah kepada apa yang kalian ibadahi.
Sampai:
لكم دينكم و لي دين
Bagi kalian diin kalian dan bagi kami diin kami. (Al Kaafiruun: 1-6)
Dan apakah firman Alloh ta’aalaa yang berbunyi:
تبت يدا أبي لهب وتب
Celakalah kedua tangan Abu Lahab dan celakalah dia. (Al Masad: 1)
Sampai ayat terakhir, juga demikian?? Dan firman Alloh ta’aalaa yang berbunyi:
أفرأيتم اللاتى والعزى و مناة الثالثة الأخرى ألكم الذكر وله الأنثى تلك إذا قسمة ضيزى إن هي إلا أسماء سميتموها أنتم وأباؤكم ما أنزل الله بها من سلطان
Tidakkah kalian melihat kepada Laata dan ‘Uzzaa. Dan yang ketiga adalah Manaat. Apakah untuk kalian laki-laki sedangkan untukNya (Alloh) perempuan? Kalau demikian itu adalah pembagian yang tidak adil. Sesungguhnya semua berhala-berhala itu hanyalah nama-nama yang kalian dan bapak-bapak kalian buat yang Alloh tidak menurunkan keterangan tentangnya. (An Najm: 19-23)
Dan serupa juga firman Alloh ta’aalaa yang berbunyi:
إنكم وما تعبدون من دون الله حصب جهنم أنتم لها واردون لو كان هؤلاء آلهة ما وردوها وكل فيها خالدون
Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian ibadahi selain Alloh adalah bahan bakar jahannam. Kalian akan memasukinya. Seandainya mereka itu benar-benar ilaah (tuhan yang berhak diibadahi) tentu mereka tidak akan masuk jahannam. Dan mereka semua kekal di dalamnya. (Al Anbiyaa’: 98-99)
Dan banyak lagi ayat-ayat yang semacam dengan ini.
Dan telah saya sebutkan dalam buku ini firman Alloh ta’aalaa yang menceritakan tentang NabiNya:
وإذا رءاك الذين كفروا إن يتخذونك إلا هزوا أهذا الذي يذكر آلهتكم
Dan apabila orang-orang kafir melihatmu, tidak lain mereka akan hanya mengejekmu, dengan mengatakan: Apakah orang ini yang menyebut ilaah-ilaah (sesembahan-sesembahan) kalian.
Firman Alloh ta’aalaa yang berbunyi:
يذكر آلهتكم
Menyebut ilaah-ilaah kalian.
Artinya adalah baroo’ (berlepas diri dan memusuhi) kepada ilaah-ilaah tersebut dan kepada orang-orang yang beribadah kepada ilaah-ilaah tersebut, mengkufurinya dan membodoh-bodohkannya… apakah ini semua hanya dilakukan di Madinah saja? Bagaimana sedangkan ayat-ayat tersebut adalah Makkiyah?? Dan ayat-ayat yang serupa banyak.
· Keempat: Sebagian mereka mengatakan bahwa hadits yang menyebutkan bahwa Nabi menghancurkan berhala ketika masih di Mekah adalah hadits dlo’iif (lemah). Dan dengan begitu mereka mengira telah melumpuhkan poin yang paling urgen dalam buku ini yang berupa ajaran Islam yang agung ini.
Kami jawab: Pertama: Hadits ini diriwayatkan dengan sanad hasan di dalam Musnad Imam Ahmad I/84.
‘Abdulloh berkata: Bapakku telah bercerita kepadaku, ia mengatakan: Al Asbaath bin Muhammad telah bercerita kepada kami, ia dari Abu Maryam, Abu Maryam dari ‘Aliy RA, ia mengatakan: Saya pergi bersama Nabi SAW menuju ka’bah. Lalu Rosululloh bersabda kepadaku:
اجلس
Duduklah !
Lalu beliau naik ke atas pundakku, kemudian aku berusaha untuk berdiri. Ketika beliau melihat saya tidak kuat beliau turun dan duduk untukku, lalu beliau bersabda:
اصعد على منكبي
Naiklah ke atas pundakku.
Maka akupun naik ke atas pundak beliau. Lalu beliau berdiri mengangkatku. Beliau seolah-olah memberi isyarat kepadaku supaya aku menggapai atap lalu naik ke atas ka’bah yang di atasnya terdapat patung-patung yang terbuat dari kuningan atau tembaga. Lalu aku goyangkan ke kanan dan ke kiri, kedepan dan ke belakang. Sampai setelah saya berhasil menggoyangnya Rosululloh bersabda kepadaku:
اقذف به
Lemparkan dia!
Maka saya lemparkan sehingga pecah seperti gelas yang pecah. Kemudian saya turun. Maka saya dan Nabi cepat-cepat pergi sehingga kami bersembunyi di antara rumah-rumah karena khawatir ada orang yang memergoki kami.”
Saya katakan: Asbaath bin Muhammad adalah tsiqqoh (terpercaya). Ia dlo’iif (lemah) hanya ketika meriwayatkan dari Ats Tsauriy, sedangkan di sini dia tidak meriwayatkannya darinya.
Sedangkan Nu’aim bin Hakiim Al Madaa-iniy; dia dinyatakan tsiqqoh oleh Yahyaa bin Ma’iin dan Al ‘Ijliy sebagaimana yang disebutkan dalam buku Taariikhu Baghdaad XIII/303.
Dan ‘Abdulloh bin Ahmad bin Hambal mengatakan dalam Musnad juga (I/151):”Nash-r bin ‘Aliy menceritakan kepadaku, ia mengatakan; ‘Abdulloh bin Dawud telah bercerita kepadaku, ia dari Nu’aim bin Hakiim, ia dari ‘Aliy RA, ia berkata: “Dulu di atas ka’bah itu ada beberapa berhala. Lalu saya berusaha mengangkat Nabi SAW namun saya tidak kuat. Maka beliau mengangkatku, maka saya pecahkan berhala-berhala tersebut, dan kalau saya mau saya akan menggapai langit.”
Dan Al Haitsamiy mencantumkan hadits ini dalam Majma’uz Zawaa-id VI/23 Bab “Taksiiruhu SAW Al Ashnaam”. Uqbah mengatakan: “Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, dan anaknya (yaitu ‘Abdulloh bin Ahmad-pentj), Abu Ya’laa dan Al Bazzaar dengan tambahan setelah perkataannya yang berbunyi “sampai kami bersembunyi di antara rumah-rumah” dengan tambahan yang berbunyi: “Sehingga tidak ditaruh berhala lagi di atasnya setelah itu”. Ia mengatakan: “Semua rijaal (sanad) nya tsiqqoh.”
Dan Al Khothiib Al Baghdaadiy mengatakan dalam Taariikhu Baghdaad XIII/302,303: “Abu Nu’aim Al Haafidh Imlaa’ telah bercerita kepada kami, ia mengatakan Abu Bak-r Ahmad bin Yusuf bin Khollaad telah bercerita kepada kami, ia mengatakan; Muhammad bin Yuunus telah bercerita kepada kami, ia mengatakan; ‘Abdulloh bin Dawud Al Khuroiyiy telah bercerita kepada kami, ia dari Nu’aim bin Hakiim Al Madaa-iniy, ia mengatakan; Abu Maryam telah bercerita kepadaku, ia dari ‘Aliy bin Abiy Thoolib, ia mengatakan; Rosululoloh SAW pergi bersamaku menuju berhala-berhala. Lalu beliau bersabda:
اجلس
Duduklah!
Maka saya duduk di samping ka’bah. Kemudian Rosululloh SAW naik ke atas pundakku. Kemudian beliau bersabda:
انهض بي إلى الصنم
Angkatlah aku ke berhala.
Maka akupun bangun mengangkatnya, namun ketika beliau melihat aku tidak kuat berada di bawah, beliau bersabda:
اجلس
Duduklah
Maka sayapun duduk dan saya turunkan beliau dari atas pundakku. Lalu Rosululloh duduk untuk mengangkatku kemudian bersabda kepadaku:
يا علي اصعد على منكبي
Wahai ‘Aliy naiklah ke atas pundakku.
Maka akupun naik ke atas pundak beliau. Kemudian beliau mengangkatku. Sesudah mengangkatku beliau mengisyaratkan supaya aku menggapai atap dan aku naik ke atas ka’bah dan Rosulullohpun memiringkan badannya. Kemudian saya lemparkan berhala mereka --- berhala Quroisy --- yang paling besar. Berhala tersebut terbuat dari tembaga yang diberi pasak dari besi yang ditancapkan ke bumi. Maka Rosululloh SAW bersabda:
إيه ، إيه، إيه
Ih…ih..ih…
Maka saya terus berusa menggoyangnya sampai berhasil. Lalu beliau bersabda:
دقه
Hancurkan dia!
Maka saya hancurkan dan saya pecahkan dia. Kemudian saya turun.”
Saya katakan: Abu Maryam adalah Qois Ats Tsaqofiy Al Madaa-iniy. Ia meriwayatkan dari ‘Aliy, dan Nu’aim bin Hakiim meriwayatkan darinya. Ia dicantumkan oleh Ibnu Hayyaan dalam daftar orang-orang tsiqqoh. Dan An Nasaa-iy menyatakannya sebagai orang tsiqqoh, akan tetapi ia adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Al Haafidz Ibnu Hajar: “Ia diragukan ketika mengatakan bahwa Abu Maryam Al Hanafiy adalah Qois. Dan yang benar bahwa yang disebut Qois itu adalah Abu Maryam Ats Tsaqofiy … sampai ia mengatakan: Yang ada dalam nus-khoh (salinan) buku At Tamyiiz karangan An Nasaa-iy yang saya dapatkan adalah Abu Maryam Ats Tsaqofiy, memang ia disebutkan dalam buku At Tamyiiz.. Adapun Abu Maryam Al Hanafiy tidak disebutkan oleh An Nasaa-iy karena ia tidak menyebutkan kecuali orang yang ia kenal.”
Dan orang-orang yang mempermasalahkan hadits ini terbalik dalam memahami dua orang ini.. ia juga dinyatakan tsiqqoh oleh Adz Dzahabiy dalam buku Al Kaasyif III/376. Ia juga dicantumkan oleh Ibnu Abiy Haatim dalam buku Al Jarh Wat Ta’diil dan oleh Al Bukhooriy dalam buku At Taariikh Al Kabiir namun ia tidak mengomentarinya baik berupa jarh (cacat) atau ta’diil (dapat dipercaya).. maka dia bukanlah Al Hanafiy dan juga bukan Al Kuufiy. Silahkan lihat buku Miizaanul I’tidaal IV/573.
Dan hadits ini dinyatakan shohiih oleh Ahmad Syaakir. Ia mengatakan dalam catatan kaki tahqiiqnya terhadap Al Musnad II/58: “Isnaad nya shohiih. Nu’aim bin Hakiim dinyatakan tsiqqoh oleh Ibnu Ma’iin dan yang lainnya. Dan Al Bukhooriy mencantumkan biografinya dalam At Taariikhul Kabiir IV/2/99), namun dia tidak menyebutkan adanya jarh (cacat) padanya … ia mengatakan: Dan yang jelas peristiwa ini terjadi sebelum hijroh.”
Saya katakan: Namun demikian kami telah katakan dalam buku ini setelah kami menyitir hadits ini: “Namun demikian kami katakan seandainya hadits Nabi SAW yang menceritakan tentang penghancuran berhala di Mekah ketika dalam keadaan lemah dan tertindas tersebut tidak shohiih, namun beliau SAW sangat kuat dalam mengikuti millah (ajaran) Nabi Ibrohim. Sehingga beliau sekalipun tidak pernah bermudaahanah (kompromi) dengan orang-orang kafir, dan beliau tidak pernah tinggal diam terhadap kebatilan dan ilaah-ilaah (sesembahan-sesembahan) mereka. Akan tetapi sebaliknya konsentrasi dan kesibukan beliau selama tiga belas tahun dan bahkan tahun-tahun setelahnya adalah:
اعبدوا الله و اجتنبوا الطاغوت
Beribadahlah kalian kepada Alloh dan jauhilah thoghut. (An Nahl: 36)
Maka beliau tinggal di tengah-tengah berhala selama tiga belas tahun itu bukan berarti beliau memujinya atau bersumpah untuk menghormatinya ..” sampai kami katakan: ”Bahkan beliau menyatakan baroo’nya kepada orang-orang musyrik dan perbuatan-perbuatan mereka. Beliau juga menunjukkan pengingkaran beliau terhadap ilaah-ilaah (sesembahan-sesembahan) mereka meskipun beliau dan para sahabat dalam keadaan lemah dan tertindas. Dan hal ini telah saya jelaskan kepada anda pada pembahasan-pembahasan yang lalu, dan seandainya anda memperhatikan Al Qur’an yang Makkiy (yang turun sebelum hijroh ke Madinah) tentu anda akan banyak memahami tentang masalah ini … dst.”
Dengan demikian permasalahan ini tidak sebagaimana yang mereka kira, hanya berdasar dengan satu hadits, sehingga dapat dibantah dengan mendlo’iifkannya. Akan tetapi ia mempunyai syawaahid (penguat-penguat) yang besar, dalil-dalil yang jelas, dasar-dasar yang kuat dan landasan-landasan yang kokoh berupa dalil-dali syar’iy yang tidak akan dapat dibantah keculi oleh orang yang sombong dan ingkar.
فالحق ركن لا يقوم لهده أحد ولو جمعت له الثفلان
kebenaran adalah sebuah penopang yang tidak dapat dirobohkan..
oleh seorangpun meskipun seluruh jin dan manusia berkumpul untuk melakukannya…
Mungkin ini cukup bagi orang yang ingin mencari kebenaran.
Dan sebelum saya tutup kata pengantar ini, saya ingin menambahkan dalam kata pengantar ini sebuah kejadian. Yaitu bahwasanya saya pernah berdiskusi dengan beberapa orang anggota partai politik irjaa-iy (berpaham murji-ah) yang terkenal di dalam penjara seputar masalah iman dan hal-hal yang berkaitan dengannya…
Dan di antara mereka ada yang merupakan tokoh mereka. Di antara alasan mereka untuk membela para tentara kesyirikan dan undang-undang adalah peristiwa yang dilakukan oleh Haathib bin Abiy Balta’ah dan Abu Lubaabah Al Anshooriy. Ia mengatakan bahwa Haathib telah menjadi mata-mata bagi orang-orang kafir dan telah berwala’ kepada mereka, dan Abu Lubaabah telah mengkhianati Alloh dan RosulNya. Namun demikian Rosululloh tidak mengkafirkan keduanya.[3] Dari situ dia mengkiyaskan (menyamakan) para tentara pembela kesyirikan dan undang-undang yang memerangi syariat Islam dan yang memusuhi orang-orang yang menjalankan syariat Islam, dengan perbuatan dua orang sahabat yang mulia tersebut. Oleh karena itu para pembela dan para tentara thoghut yang menghabiskan umur mereka untuk menjaga kesyirikan, undang-undang dan singgasana thoghut, dan untuk memerangi syariat Islam dan orang-orang yang melaksanakannya, mereka itu tidak boleh dikafirkan karena kejahatan mereka tidak melebihi perbuatan Haathib dan Abu Lubaabah…! Bahkan lebih dari itu, ia sangat marah ketika kami menukil perkataannya. Saya katakan bahwasanya ia mengatakan; Para tentara kesyirikan dan undang-undang tersebut tidak kafir. Akan tetapi ia mengatakan; bahwa mereka itu orang-orang dholim dan jahat. Ia marah dan mengatakan bahwa kami telah merubah perkataannya ketika menukil perkataannya, karena sesungguhnya ia tidak mengatakan bahwa mereka itu dholim dan jahat, akan tetapi ia hanya mengatakan sebagai bentuk pembelaan: “Mereka itu sebagiannya bisa jadi dholim atau jahat.” Artinya disesuaikan dengan kondisi mereka masing-masing, bukan disesuaikan dengan perbuatan dan pembelaan mereka terhadap thoghut, dan perang yang mereka lancarkan kepada syariat Islam dan kepada orang-orang yang melaksanakannya.
Maka saya katakan kepada mereka: Sungguh aneh kalian ini, kalian merasa keberatan jika para tentara thoghut dan kesyirikan itu dikatakan sebagai orang-orang dholim dan jahat, namun kalian tidak merasa keberatan mengatakan bahwa Haathib telah berwalaa’ (loyal) kepada orang-orang kafir dan menjadi mata-mata mereka, dan bahwa Abu Lubaabah telah mengkhianati Alloh dan RosulNya!! Di sinilah kami berpisah dengan mereka..
Dan ketika sebagian orang Islam yang berada di penjara berusaha untuk mendamaikan dan mengumpulkan kami, maka terjadilah beberapa pembicaraan antara kami, dan ternyata ia tetap bersikukuh dengan perkataannya. Maka saya katakan kepada mereka: Saya tidak senang berteman dengan kalian karena kalian tidak merasa keberatan untuk mencela sahabat dan mengatakannya telah berkhianat padahal kalian keberatan untuk mengatakan dholim dan jahat kepada musuh Alloh ta’aalaa dan tentara-tentara thoghut.. oleh karena itu kami tidak senang berteman dengan kalian namun kami hanya menunjukkan sikap baik saja kepada kalian dan kami berusaha menjauhkan diri dari kalian karena kita sedang berada dalam penjara dan di tengah-tengah musuh-musuh Alloh ta’aalaa.[4] Di sini juru bicara mereka marah dan mengeluarkan apa yang sebelumnya mereka simpan dalam dadanya, ia mengatakan: “Kamu memang benar-benar orang yang menyerukan millah (ajaran) Ibrohim. Dan orang yang menyerukan millah Ibrohim adalah orang yang politiknya membingungkan. Ia menyerukan kepentingan Yahudi dan Nasrani, yang mana mereka itu adalah keturunan Ibrohim.” Dan saya tidak menceritakan kejadian ini kecuali hanya untuk menyampaikan kata-kata ini, yang merupakan bukti siapa sebenarnya mereka itu..
Maka saya tidak tahu apa yang harus saya katakan terhadap perkataan mereka ini??
Dan bagaimana kami harus menjawab orang-orang yang menyerang penegakan khilafah, sedangkan mereka tidak bisa membedakan antara istilah “abnaa-u Ibrohim” (anak keturunan Ibrohim) yang dipromosikan oleh thoghut supaya mereka bersaudara dan berdamai dengan Yahudi. Yaitu sebuah istilah yang digunakan untuk menghancurkan ikatan iman yang paling kuat, mencairkan prinsip ajaran Islam dan meruntuhkan dasar-dasar Al Walaa’ (loyalitas) dan Al Baroo’ (permusuhan) .. dan Alloh ta’aalaa telah menjawab mereka dengan berfirman:
ما كان إبراهيم يهوديا ولا نصرانيا ولكن كان حنيفا مسلما وما كان من المشركين
Bukanlah Ibrohim itu seorang Yahudi atau seorang Nasrani akan tetapi dia adalah seorang muslim yang haniif (lurus) dan dia tidaklah termasuk orang-orang musyrik. (Ali ‘Imroon: 67)
Mereka tidak bisa membedakan istilah tersebut dangan istilah “millah Ibrohim” (ajaran Nabi Ibrohim) yang memisahkan antara bapak dan anak. Karena ia merupakan furqoon (pemisah) antara wali-wali Rohmaan dan wali-wali Syetan, yang Alloh ta’aalaa firmankan dalam Al Qur’an:
ومن يرغب عن ملة إبراهيم إلا من سفه نفسه
Dan tidak ada yang membenci millah (ajaran) Ibrohim kecuali orang yang mebodohkan dirinya sendiri. (Al Baqoroh: 130)
Dan masalah ini telah saya terangkan secara detail dalam buku ini… maka perhatikanlah dan jangan kau hiraukan hasutan orang-orang yang tidak sependapat.
Demikianlah wahai saudara dalam satu tauhid. Namun sangat disayangkan semenjak buku ini dicetak saya belum pernah menerima dari orang-orang yang tidak sependapat dan dari orang-orang yang mencela kami dan dakwah kami kecuali celaan-celaan semacam ini yang tidak perlu kami bantah … seandainya bukan karena kami memahami kondisi orang-orang yang hidup pada zaman ini dan mulai kaburnya ajaran Islam yang agung ini di kalangan mereka dan bahwasanya di antara mereka ada yang suka mendengar dari orang-orang sesat yang Alloh ta’aalaa sebutkan dalam awal-awal surat Ali ‘Imroon..
Maka saya memohon kepada Alloh ta’aalaa agar membela diinNya dan menghinakan musuh-musuhNya..
Dan agar menjadikan kami sebagai pembela ajaran ini dan sebagai tentara dan pasukannya sepanjang hidup kami, dan agar menerima amal kami dan agar mengakhiri kehidupan kami dengan mati syahid di jalanNya.. sesungguhnya Ia Maha Pemurah lagi Maha Mulia..
Dan semoga Alloh ta’aalaa melimpahkan sholawat Nya kepada NabiNya Muhammad dan kepada seluruh keluarga dan sahabatnya…
Abu Muhammad
[1] Ini adalah potongan dari sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Jundab bin ‘Abdulloh secara marfuu’
[2] As Su’daan adalah nama duri yang terkenal. Dalam hadits disebutkan bahwa anjing-anjing jahannam memiliki duri tersebut.
[3] Dan saya telah menulis bantahan terhadap perkataan mereka ini dalam sebuah risalah dari penjara yang saya beri judul “Asy Syihaabuts Tsaaqib Fir Rodd ‘Alash Shohaabiy Haathib”.
[4] Perlu diketahui bahwasanya mereka di penjara berdamai dengan musuh-musuh Alloh dan memerangi dakwah tauhid, bahkan mereka sholat di belakang para pasukan kesyirikan dan undang-undang tanpa ada paksaan. Sedangkan kami mengadakan sholat jum’at dan sholat jamaah sendiri dan diikuti oleh para tahanan yang lain. Adapun mereka, mereka sholat dibelakang orang-orang musyrik, mengucapkan salam duluan dan menghormati mereka. Sebagian mereka ada yang mencium dan mengucapkan selamat pada hari-hari besar tertentu. Bahkan kami pernah melihat diantara aktifis dakwah yang mengucapkan selamat kepada mereka atas gaji yang mereka dapatkan dari thogut yang kafir.
You Might Also Like :
0 komentar:
Posting Komentar