Millah Ibrohim bag.3


07.16 |

Inilah diin seluruh Rosul.. dan inilah dakwah dan jalan mereka sebagaimana yang diterangkan dalam berbagai ayat dan hadits… dan begitu pula dalam firman Alloh ta’aalaa dalam surat Al Mumtahanah yang berbunyi:
و الذين معه
Dan orang-orang yang bersamanya
Maksudnya adalah para Rosul yang berada di atas diin dan millahnya .. hal ini dikatakan oleh lebih dari seorang mufassir (ahli tafsir)
Dan Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Lathiif bin ‘Abdur Rohmaan mengatakan: “Dan inilah yang dimaksud dengan idh-haarud diin, bukan sebagaimana yang dikira oleh orang-orang bodoh yang mengira bahwasanya jika orang-orang kafir membiarkannya sholat, membaca Al Qur’an dan menyibukkan diri dengan amalan-amalan sunnah yang dia inginkan berarti dia telah melaksanakan idh-haarud diin. Ini adalah salah besar. Karena sesungguhnya orang yang menyatakan permusuhan kepada orang musyrik dan baroo’ kepada mereka tidak akan mereka biarkan tinggal ditengah-tengah mereka, akan tetapi mereka akan membunuh atau mengusirnya jika mereka mempunyai kesempatan sebagaimana yang diterangkan dalam firman Alloh ta’aalaa mengenai orang-orang kafir, yang berbunyi:
وقال الذين كفروا لرسلهم لنخرجنكم من أرضنا أولتعودن في ملتنا
Dan orang-orang kafir mengatakan kepada Rosul-rosul mereka: Kami pasti akan mengusir kalian dari wilayah kami atau kalian harus kembali kepada millah kami … (Ibrohim: 13)
Dan Alloh ta’aalaa menceritakan tentang kaumnya Syu’aib:
لنخرجنك يا شعيب والذين آمنوا معك من قريتنا أو لتعودن في ملتنا
Kami benar-benar akan mengusirmu dan orang-orang yang beriman bersamamu dari wilayah kami wahai Syu’aib atau kalian harus kembali kepada millah kami…(Al A’roof: 88)
Dan Alloh ta’aalaa menceritakan tentang kisah ash-haabul kahfi (orang-orang yang menyelamatkan diri ke goa), sesungguhnya mereka mengatakan:
إنهم إن يظهروا عليكم يرجموكم أو يعيدوكم في ملتهم ولن تفلحوا إذا أبدا
Sesungguhnya jika kalian nampak oleh mereka niscaya mereka melempari kalian dengan batu atau mengembalikan kalian kepada millah mereka dan dengan demikian kalian tidak akan beruntung selamanya. (Al Kahfi: 20)
Dan bukankah permusuhan mereka terhadap para Rosul itu memuncak hanya setelah para Rosul itu mencaci diin mereka, membodoh-bodohkan akal mereka dan mencela ilaah-ilaah (sesembahan-sesembahan) mereka.” (Dari Ad Duror, juz Jihad, hal. 208)
Dan Syaikh Sulaimaan bin Samhaan mengatakan mengenai ayat yang terdapat dalam surat Al Mumtahanah juga: “Inilah millah Ibrohim yang Alloh ta’aalaa maksudkan dalam firmanNya yang berbunyi:
ومن يرغب عن ملة إبراهيم إلا من سفه نفسه
Dan tidak ada orang yang membenci millah Ibrohim kecuali orang yang membodohi dirinya sendiri. (Al Baqoroh: 130)
Maka orang muslim harus memusuhi musuh-musuh Alloh ta’aalaa, menampakkan permusuhan kepada mereka, menjauhkan diri dari mereka sejauh-jauhnya, dan tidak boleh berwalaa’ kepada mereka atau bergaul dengan mereka atau berbaur dengan mereka…” (Ad Duror As Sunniyah, juz Jihad, hal. 221)
Dan di tempat lain Alloh ta’aalaa menceritakan tentang millah Ibrohim:
قال أفرأيتم ما كنتم تعبدون أنتم وآباؤكم الأقدمون  فإنهم عدو لي إلا رب العالمين
Ibrohim mengatakan: Tahukah kalian apa yang kalian ibadahi. Baik kalian maupun bapak-bapak kalian yang terdahulu. Sesungguhnya mereka itu adalah musuhku kecuali Robb semesta alam. (Asy Syu’aroo’: 75-77)
Dan di tempat yang lain Alloh ta’aalaa berfirman:
وإذ قال إبراهيم لأبيه وقومه إنني براء مما تعبدون إلا الذي فطرني فإنه سيهدين
Dan ingatlah ketika Ibrohim mengatakan kepada bapak dan kaumnya: Sesungguhnya aku baroo’ kepada kalian dan kepada apa yang kalian ibadahi kecuali Yang menciptakanku, karena sesungguhnya Dia akan menunjukiku. (Az Zukhruf: 26-27)
Syaikh Al ‘Allaamah ‘Abrur Rohmaan bin Hasan bin Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhaab rh mengatakan: “Dan Alloh ta’aalaa telah mewajibkan baroo’ terhadap kesyirikan dan orang-orang yang berbuat syirik, serta mengkufuri, memusuhi, membenci dan jihad terhadap mereka:
فبدل الذين ظلموا قولا غير الذي قيل لهم
Maka orang-orang dholim merubahnya dengan perkataan yang tidak dikatakan kepada mereka. (Al Baqoroh: 59)
Maka merekapun berwalaa’, membantu dan menolong orang-orang musyrik itu. Dan orang-orang musyrik itupun meminta bantuan kepada mereka untuk memusuhi orang-orang beriman. Sehingga dalam rangka itu mereka membenci dan mencela orang-orang beriman. Dan perbuatan-perbuatan ini semuanya membatalkan Islam sebagaimana yang diterangkan oleh Al Qur’an dan Sunnah pada beberapa tempat.
- Di sini ada sebuah syubhat yang dilontarkan banyak orang yang tergesa-gesa. Mereka mengatakan: Sesungguhnya millah Ibrohim itu hanyalah dilakukan pada fase dakwah yang terakhir yang mana sebelumnya telah melalui proses dakwah dengan cara hikmah (bijaksana) dan berdebat dengan cara yang paling baik. Dan seorang da’i (juru dakwah) tidak boleh melaksanakan millah Ibrohim yang berarti baroo’ kepada musuh-musuh Alloh ta’aalaa dan kepada sesembahan-sesembahan mereka, dan kufur kepadanya, serta menunujukkan permusuhan dan kebencian kepada mereka kecuali setelah menempuh seluruh tata cara yang lembut dan hikmah.. mengenai persoalan ini kami jawab ---wabillaahit taufiiq---: Kerancuan ini sebenarnya muncul dari ketidak jelasan mereka dalam memahami millah Ibrohim dan karena mencampur adukkan antara metode dakwah kepada orang-orang kafir pada tahap permulaan dengan metode dakwah kepada orang-orang kafir yang membangkang… dan juga perbedaan antara semua itu (sikap terhadap orang-orang musyrik-pentj.) dengan sikap seorang muslim terhadap sesembahan-sesembahan, manhaj-manhaj dan syariat-syariat orang-orang kafir yang batil itu sendiri… adapun millah Ibrohim yang berarti memurnikan ibadah hanya kepada Alloh ta’aalaa saja dan kufur terhadap segala sesuatu yang kita ibadahi selain Alloh ta’aalaa, ini tidak boleh diakhirkan atau diundur… bahkan seharusnya tidak dimulai kecuali dengannya. Karena ini merupakan kandungan laa ilaaha illallooh yang mencakup An Nafyu (peniadaan) dan Al Itsbaat (penetapan). Dan ini adalah dasar diin dan poros dakwah para Nabi dan Rosul. Dan untuk menepis seluruh kerancuan ini, di sini saya akan terangkan dua permasalah:
Pertama: Baroo’ kepada thoghut dan ilaah-ilaah (sesembahan-sesembahan) yang diibadahi selain Alloh ta’aalaa serta kufur kepadanya. Hal ini tidak boleh diakhirkan atau diundur… bahkan ini harus ditunjukkan dan ditampakkan sejak langkah pertama.
Kedua: Baroo’ kepada orang-orang musyrik ketika mereka tetap bersikukuh dalam kebatilan mereka. Dan berikut ini perincian dan penjelasannya:
Masalah pertama: yaitu kufur kepada thoghut yang diibadahi selain Alloh ta’aalaa. Baik thoghut itu berupa berhala dari batu atau matahari atau bulan atau kuburan atau pohon atau hukum dan undang-undang buat manusia… millah Ibrohim dan dakwah para Nabi dan Rosul menuntut untuk menunjukkan sikap kufur kepada semua sesembahan tersebut, serta menampakkan permusuhan dan kebencian kepadanya, membodoh-bodohkannya, merendahkan nilainya, dan membongkar kepalsuan, kekurangan serta cacatnya sejak langkah pertama. Dan beginilah langkah para Nabi ketika memulai dakwah kepada kaum mereka, yaitu mengatakan:
اعبدوا الله و اجتنبوا الطاغوت
Beribadahlah kalian kepada Alloh dan jauhilah thoghut. (An Nahl: 36)
Termasuk dalam hal ini adalah firman Alloh ta’aalaa yang menerangkan tentang millah Ibrohim AS.
قال أفرأيتم ما كنتم تعبدون أنتم وآباؤكم الأقدمون  فإنهم عدو لي إلا رب العالمين
Ibrohim mengatakan: Tahukah kalian apa yang kalian ibadahi. Kalian dan juga bapak-bapak kalian terdahulu. Sesungguhnya mereka itu adalah musuhku kecuali Robb semesta alam. (Asy-Syuuroo: 75-77)
Dan firman Alloh ta’aalaa yang terdapat dalam surat Al An’aam yang berbunyi:
قال يا قوم إني بريء مما تشركون
Ia mengatakan: Wahai kaumku sesungguhnya aku baroo’ terhadap apa yang kalian sekutukan. (Al An’aam: 78)
Dan firmanNya SWT:
وإذ قال إبراهيم لأبيه وقومه إنني براء مما تعبدون إلا الذي فطرني فإنه سيهدين
Dan ingatlah ketika Ibrohim mengatakan kepada bapak dan kaumnya: Sesungguhnya aku baroo’ dari apa yang kalian ibadahi selain yang menciptakanku, sesungguhnya DIA akan memberi petunjuk kepadaku. (Az Zukhruf: 26-27)
Dan sebagaimana firmanNya mengenai kaumnya Ibrohim:     
قالوا من فعل هذا بآلهتنا إنه لمن الظالمين قالوا سمعنا فتى يذكرهم يقال له إبراهيم
Mereka mengatakan: Siapa yang melakukan ini terhadap ilaah-ilaah (sesembahan-sesembahan) kita, sesungguhnya dia benar-benar termasuk orang-orang yang dholim. Mereka mengatakan: Kami mendengar ada seorang pemuda yang menyebut mereka (ilaah-ilaah kita), ia dipanggil dengan nama Ibrohim. (Al Ambiyaa’: 59-60)
Para ahli tafsir mengatakan bahwa:
يذكرهم
Menyebut mereka (ilaah-ilaah kita).
Maksudnya adalah mencela, mengejek dan menghina mereka. Al Qur’an dan Sunnah penuh dengan dalil-dalil yang menunjukkan tentang masalah ini. Dan cukuplah bagi kita apa yang dilakukan oleh Nabi SAW di Mekah sebagai petunjuk. Bagaimana beliau membodoh-bodohkan ilaah-ilaah (sesembahan-sesembahan) orang-orang Quroisy, dan beliau menunjukkan sikap baroo’ beliau terhadap ilaah-ilaah tersebut, serta kufur terhadapnya sampai-sampai mereka menyebut beliau sebagai ash soobi’iy.
Dan jika engkau ingin mempertegas dan meyakinkan mengenai masalah ini silahkan kaji dan renungkan ayat-ayat Al Qur’an yang makkiy (turun sebelum hijroh ke Madinah). Yang mana setiap kali turun kepada Nabi SAW beberapa ayat saja akan segera tersebar ke timur, ke barat, ke utara dan ke selatan. Dan menjadi bahan pembicaraan di pasar-pasar, di majlis-majlis dan di pertemuan-pertemuan.. dan ayat-ayat tersebut berbicara kepada orang-orang Arab dengan bahasa mereka yang dapat dipahami.. dengan jelas dan gamblang ayat-ayat tersebut membodoh-bodohkan ilaah-ilaah (sesembahan-sesembahan) mereka, dan yang paling utama adalah laata, uzzaa dan yang ketiga adalah manaat, yang merupakan ilaah-ilaah terbesar pada zaman itu. Dan ayat-ayat itu menyatakan baroo’ terhadap ilaah-ilaah tersebut, tidak menyetujui atau meridloinya dan tidak pula menyembunyikan sedikitpun dari sikap-sikap semua itu…. Karena beliau hanyalah seorang pemberi peringatan.
Maka orang-orang yang menempatkan diri di bidang dakwah pada zaman sekarang ini, mereka perlu untuk merenungkan ayat-ayat tersebut baik-baik, dan banyak mengevaluasi diri …karena gerakan dakwah yang ingin berjuang untuk memenangkan diin Alloh ta’aalaa namun dia melemparkan prinsip yang pokok ini kebelakang punggungnya, tidak akan mungkin berjalan sesuai dengan manhaj para Nabi dan Rosul… dan lihatlah pada zaman ini kita menghadapi tersebarnya syirik berupa berhukum kepada undang-undang dan hukum buatan manusia. Maka dakwah ini harus, dan tidak boleh tidak, untuk meneladani NabiNya dalam mengikuti millah Ibrohim dengan cara membodoh-bodohkan undang-undang tersebut, menyebutkan dan mengungkapkan kekurangan-kekurangannya kepada menusia, menyatakan permusuhan kepadanya serta mendakwahkan itu semua kepada manusia … kalau tidak, lalu kapan kebenaran ini akan nampak, dan bagaimana manusia dapat memahami diin mereka dengan benar, serta dapat membedakan antara yang haq dan yang batil dan antara musuh dan waliy (kawan)… dan mungkin mayoritas orang berdalih dengan kemaslahatan dakwah dan untuk menghidari fitnah (bencana/kerusakan) … padahal fitnah apakah yang lebih besar dari pada menutup-nutupi tauhid dan menipu manusia tentang diin mereka. Dan kemaslahatan apakah yang lebih besar dari pada menegakkan millah Ibrohim serta menunjukkan sikap berwalaa’ kepada diin Alloh ta’aalaa dan permusuhan kepada thoghut yang diibadahi dan ditaati selain Alloh ta’aalaa. Dan apabila kaum muslimin tidak mendapatkan ujian dalam rangka melaksanakan itu semua, juga apabila pengorbanan itu tidak dipersembahkan dalam rangka menjalankan itu semua, lalu untuk apa ujian itu akan terjadi… maka kufur terhadap thoghut itu adalah kewajiban bagi setiap muslim, yang merupakan setengah dari syahaadatul Islaam… dan mengumumkan hal itu, menunjukkan serta menampakkannya adalah kewajiban besar juga yang harus disampaikan secara terang-terangan oleh seluruh jamaah-jamaah Islam atau minimal oleh sekelompok orang dari setiap jamaah, sehingga hal ini menjadi terkenal dan tersebar, serta menjadi simbol dan ciri khas bagi gerakan-gerakan dakwah tersebut, sebagaimana Nabi SAW dulu. Bukan hanya ketika berkuasa saja, akan tetapi juga ketika dalam keadaan lemah dan tertindas. Sehingga beliau dituding, diwaspadai dan dikatakan telah memusuhi ilaah-ilaah (sesembahan-sesembahan) dan lain-lain… dan sungguh kami heran, kemaslahatan dakwah apakah yang ditangisi oleh para da’i (juru dakwah) tersebut. Dan diin apakah yang ingin mereka tegakkan serta perjuangkan, sedangkan rata-rata mereka gemar memuji undang-undang buatan manusia --- dan sungguh ini adalah musibah --- dan sebagian mereka menyanjung dan memberikan kesaksian atas kesuciannya. Dan banyak di antara mereka yang bersumpah untuk menghormati dan mematuhi butir-butir dan ketentuan-ketentuannya. Yang bertolak belakang dengan prinsip dan jalan yang seharusnya ditempuh. Maka sebagai ganti dari menampakkan dan menunjukkan permusuhan serta kekufuran terhadapnya, mereka menunjukkan sikap walaa' dan ridlo kepadanya. Maka apakah orang-orang semacam mereka ini bisa dikatakan sedang menyebarkan tauhid dan menegakkan diin?! Hanya kepada Alloh lah kita mengadu…
Permasalah menampakkan dan menunjukkan (baroo’ dan permusuhan terhadap ilaah-ilaah selain Alloh dan thoghut) ini, lain dengan permasalahan mengkafirkan penguasa yang bersikukuh menjalankan hukum selain syariat Ar Rohmaan (Alloh yang Maha Pengasih) … karena permasalahan ini berkaitan dengan undang-undang atau syariat atau hukum yang berlaku, dihormati dan dilaksanakan di kalangan manusia.
Masalah kedua: yaitu baroo’ kepada orang-orang musyrik serta kufur terhadap mereka. Juga menunjukkan permusuhan dan kebencian kepada mereka.
Al ‘Allaamah Ibnul Qoyyim rh dalam buku Ighootsatul Lahfaan mengatakan: “Dan tidak ada orang yang selamat dari syirik akbar ini kecuali orang yang memurnikan tauhidnya kepada Alloh ta’aalaa dan memusuhi orang-orang musyrik karena Alloh ta’aalaa, dan beribadah kepada Alloh ta’aalaa dengan cara membenci mereka.” Dan ia (Ibnul Qoyyim) mengatakan bahwa permasalahan ini --- yaitu masalah bersikap baroo’ terhadap orang-orang musyrik --- dikatakan oleh Ibnu Taimiyah lebih utama dari pada permasalahan yang pertama di atas (yaitu baroo’ terhadap sesembahan-sesembahan mereka).
Dan Syaikh Hamad bin ‘Atiiq rh dalam buku Sabiilun Najaat Wal Fikaak mengatakan mengenai ayat:
إنا برءاؤا منكم ومما تعبدون من دون الله
Sesungguhnya kami baroo’ kepada kalian dan kepada apa yang kalian ibadahi selain Alloh. (Al Mumtahanah: 4)
Ia mengatakan: “Dan di sini ada poin penting yaitu bahwasanya Alloh ta’aalaa lebih mendahulukan sikap baroo’ terhadap orang-orang musyrik dan orang-orang yang beribadah kepada selain Alloh ta’aalaa dari pada sikap baroo’ terhadap berhala-berhala yang diibadahi selain Alloh ta’aalaa, kerena yang pertama itu lebih penting dari pada yang kedua. Sebab sesungguhnya jika seseorang baroo’ terhadap berhala namun tidak baroo’ terhadap orang-orang yang beribadah kepadanya berarti dia belum melaksanakan kewajibannya. Dan adapun jika ia telah baroo’ kepada orang-orang musyrik maka pasti baroo’nya sudah mencakup baroo’ terhadap sesembahan-sesembahan mereka. Dan demikian pula firman Alloh ta’aalaa yang berbunyi:
وأعتزلكم وما تدعون من دون الله
Dan aku tinggalkan kalian dan apa-apa yang kalian ibadahi selain Alloh. .. (Maryam: 48)
Dalam ayat ini lebih didahulukan meninggalkan mereka dari pada meninggalkan apa yang mereka sembah selain Alloh ta’aalaa. Dan demikian pula firman Alloh ta’aalaa yang berbunyi:
فلما اعتزلهم وما يعبدون من دون الله
Maka ketika ia meninggalkan mereka dan apa yang mereka ibadahi selain Alloh… (Maryam: 49)
Dan firman Alloh ta’aalaa yang berbunyi:
وإذ اعتزلتموهم وما يعبدون من دون الله
Dan ingatlah ketika kalian meninggalkan mereka dan apa yang mereka ibadahi selain Alloh. (Al Kahfi: 16)
Maka renungkanlah poin ini niscaya akan terbuka bagimu sebuah pintu menuju permusuhan dengan musuh-musuh Alloh ta’aalaa. Karena betapa banyak orang yang tidak berbuat syirik akan tetapi ia tidak memusuhi orang-orang yang berbuat syirik, sehingga ia tidak bisa dikatakan sebagai orang muslim karena dia tidak melaksanakan diin seluruh Rosul.”[1]
Dan Syaikh ‘Abdul Lathiif bin ‘Abdur Rohmaan  dalam sebuah risalah yang terdapat dalam buku Ad Duror As Sunniyah mengatakan: “Dan seseorang kadang terbebas dari kesyirikan dan mencintai tauhid akan tetapi dia melakukan kekurangan dengan tidak bersikap baroo’ terhadap orang-orang musyrik, serta tidak berwalaa’ dan membela ahlut tauhiid. Maka berarti dia telah mengikuti hawa nafsunya dan terjerumus ke dalam cabang kesyirikan yang merobohkan diinnya dan apa yang dia bangun dan meninggalkan tauhid baik pokoknya maupun cabangnya yang mengakibatkan iman yang ia ridloi tidak lurus.  Karena dia tidak mencintai dan tidak membenci karena Alloh ta’aalaa, serta tidak bermusuhan dan berwalaa’ atas dasar keagungan Dzat yang telah menciptakannya dengan sempurna. Dan semua (pemahaman) ini di ambil dari laa ilaaha illallooh.” (Dari juz Jihad, hal. 681)
Dan dalam buku yang sama hal. 842 tapi dalam risalah yang berbeda ia juga mengatakan: “Dan ibadah kepada Alloh ta’aalaa yang paling utama adalah membenci, marah, memusuhi dan jihad terhadap musuh-musuh Alloh ta’aalaa yang musyrik. Dengan ini seseorang dapat selamat dari berwalaa’ kepada selain orang-orang beriman. Dan jika dia tidak melakukannya berarti dia telah berwalaa’ kepada mereka sesuai apa yang tidak ia lakukan itu. Maka waspadalah terhadap hal-hal yang dapat merobohkan Islam dan mencabut akarnya.”
Dan Sulaimaan bin Samhaan mengatakan:
يوال ولم يبغض ولم يتجنب
وليس على نهج قويم معرب
فمن لم يعاد المشركين ولم
فليس على منهاج سنة أحمد
maka barangsiapa tidak memusuhi orang-orang musyrik dan tidak ..
berwalaa’ atau membenci atau memusuhi …
maka dia tidak berada di atas manhaj sunnah Ahmad (Nabi Muhammad)..
dan dia tidak berada di atas jalan yang lurus yang diturunkan di Arab..
Dan Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhaab rh mengatakan: “Seorang muslim harus menyatakan bahwa dirinya adalah termasuk kelompok orang beriman, sehingga ia menguatkan kelompok tersebut dan kelompok tersebut menguatkan dirinya, serta menggentarkan thoghut yang mana mereka tidak akan memusuhinya dengan keras sampai dia menyatakan permusuhannya tersebut kepada mereka dan bahwasanya dia termasuk kelompok yang memerangi mereka.” (dari Majmuu’atut Tauhiid)
Syaikh Husain dan Syaikh ‘Abdulloh, keduanya anak dari Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhaab, keduanya ditanya mengenai orang yang masuk Islam dan dia mencintai Islam dan para pemeluknya, akan tetapi dia tidak memusuhi orang-orang musyrik atau dia memusuhi mereka tapi tidak mengkafirkan mereka, maka di antara isi jawaban keduanya berbunyi: “Barangsiapa mengatakan; Saya tidak memusuhi orang-orang musyrik, atau memusuhi mereka tapi tidak mengkafirkan mereka, maka dia bukan orang muslim. Dan dia termasuk orang-orang yang dikatakan oleh Alloh ta’aalaa dalam firmanNya yang berbunyi:
ويقولون نؤمن ببعض ونكفر ببعض ويريدون أن يتخذوا بين ذلك سبيلا أولئك هم الكافرون حقا وأعتدنا للكافرين عذابا مهينا
Dan mereka mengatakan; Kami beriman dengan sebagian kitab dan kafir dengan sebagian yang lain, dan mereka hendak menempuh jalan antara hal itu. Mereka itu adalah orang-orang yang benar-benar kafir. Dan Kami telah siapkan bagi orang-orang kafir siksaan yang menghinakan. (An Nisaa’: 151)
(Dinukil dari Ad Duror).[2]
Sulaimaan bin Samhaan mengatakan:
ووال الذي والاه من كل مهتد
وأبغض لبغض الله أهل التمرد
كذا البرا من كل غاو ومعتد
فعاد الذي عادى لدين محمد
وأحب لحب الله من كان مؤمنا
وما الدين إلا الحب والبغض والولا
maka musuhilah orang-orang yang memusuhi diin Muhammad..
dan berwalaa’lah kepada orang-orang yang berwalaa’ kepadanya dari kalangan orang-orang yang mendapat petunjuk..
dan cintailah orang yang beriman atas dasar cinta kepada Alloh ta’aalaa ..
dan bencilah orang yang membangkang atas dasar benci karena Alloh..
dan diin itu tidak lain adalah, cinta, benci dan walaa’..
begitu pula baroo’ kepada setiap orang yang menyeleweng dan melampaui batas..
Ia juga mengatakan:
لعاديت من بالله ويحك يكفر
ولما تهاجيهم وللكفر تنصـر
ولكن بأشراط هناك تذكـر
بذا جاءنا النص الصحيح المقرر
وتضليلهم فيما أتوه وأظهروا
وتدعوهموا سرا لذاك وتجهر
وملة إبراهيم لوكنت تشعر
نعم لو صدقت الله فيما زعمـته
وواليت أهل الحق سرا وجهـرة
فما كل من قد قال ما قلت مسلم
مباينة الكفار في كل موطـن
وتكفيرهم جهرا و تسفيه رأيهم
وتصدع بالتوحيد بين ظهورهـم
فهذا هو الدين الحنيفي والهـدى
ya, kalau pengakuanmu kepada Alloh itu benar-benar tulus..
tentu engkau memusuhi orang yang kafir kepada Alloh..
dan tentu engkau berwalaa’ kepada ahlul haq baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terang-terangan..
dan tentu engkau tidak membenci mereka, dan tentu engkau tidak membela kekafiran..
karena tidak semua orang yang mengatakan sebagaimana yang engkau katakan berarti ia muslim..
akan tetapi ia harus memenuhi syarat-syarat yang ada..
yaitu harus berseberangan dengan orang-orang kafir di setiap tempat..
dalam hal ini telah datang kepada kita nash yang shohiih..
dan mengkafirkan mereka secara terang-terangan serta membodoh-bodohkan akal mereka..
dan menyesatkan apa yang mereka kerjakan serta apa yang mereka tunjukkan..
dan menyatakan tauhid dengan terang-terangan di hadapan mereka..
dan engkau dakwahkan hal itu kepada mereka baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terang-terangan..
inilah diin yang haniif (lurus), kebenaran..
dan millah Ibrohim jika engkau menyadari..
Tentu tidak kami katakan bahwa menunjukkan baroo’ dan permusuhan ini dilakukan kepada semua orang musyrik sekalipun kepada orang-orang mu-allaf (yang ingin dijinakkan hatinya), atau kepada orang-orang yang menunjukkan kecondongannya untuk menerima Islam dan tidak menunjukkan permusuhan kepada diin Alloh ta’aalaa. Meskipun baroo’ dan permusuhan terhadap semua orang musyrik di dalam hati itu wajib ada, sampai orang musyrik tersebut membersihkan diri dari kesyirikannya. Namun menampakkan, menunjukkan dan menyatakannya secara terang-terangan kepada orang-orang kafir seperti mereka ini lain permasalahannya. Bahkan kepada orang-orang yang sombong dan dholim sekalipun, untuk pertama kali mereka didakwahi agar taat kepada Alloh ta’aalaa dengan cara yang hikmah (bijaksana) dan mau’idhoh hasanah (nasehat yang baik). Jika mereka menerima maka mereka adalah ikhwan-ikhwan kita yang harus kita cintai sesuai dengan ketaatan mereka kepada Alloh ta’aalaa. Hak mereka sama dengan hak kita dan kewajiban mereka sama dengan kewajiban kita. Tapi jika mereka menolak padahal telah diterangkan secara jelas, mereka sombong dan tetap bersikukuh dengan kebatilan dan kesyirikan mereka, dan mereka berdiri dalam barisan yang memusuhi diin Alloh ta’aalaa, maka tidak ada lagi lemah lembut dan mudaahanah (kompromi) dengan mereka… namun kewajiban kita ketika itu adalah menunjukkan dan menampakkan baroo’ kepada mereka… dan di sini harus dibedakan antara keinginan untuk memberi hidaayah kepada orang-orang musyrik dan kafir, berusaha merekrut orang untuk menjadi pembela Islam, lemah lembut dalam penyampaian, hikmah dan mau’idhoh hasanah dan antara permasalahan cinta, benci, walaa’ dan bermusuhan atas dasar diin Alloh ta’aalaa. Karena banyak orang yang mencampur adukkan masalah ini sehingga mereka merasa rancu dengan banyak nash, seperti nash yang berbunyi:
اللهم اهد قومي فإنهم لا يعلمون
Ya Alloh, berilah petunjuk kaumku karena sesungguhnya mereka itu tidak mengetahui.
Dan nash-nash yang lain.
Dan Ibrohim telah baroo’ kepada orang yang paling dekat dengannya ketika ternyata orang yang paling dekat tersebut bersikukuh dengan kesyirikan dan kekafirannya. Alloh ta’aalaa berfirman tentang beliau:
فلما تبين له أنه عدو لله تبرأ منه
Maka ketika jelas baginya bahwasanya dia (yaitu bapaknya) itu musuh Alloh iapun baroo’ kepadanya. (At Taubah: 114)
Hal itu beliau lakukan setelah beliau mendakwahinya dengan hikmah dan mau’idhoh hasanah. Engkau dapatkan beliau mengatakan kepada bapaknya:
يا أبت إني قد جاءني من العلم
Wahai bapakku sesungguhnya telah datang kepadaku ilmu.. (Maryam: 43)
يا أبت إني أخاف أن يمسك عذاب من الرحمن
Wahai bapakku sesungguhnya aku takut jika engkau tersentuh siksaan dari Ar Rohmaan.. (Maryam: 45)
Dan demikian pula Musa dengan Fir’aun... setelah Alloh ta’aalaa mengutusnya dan berfirman:
فقولا له قولا لينا لعله يتذكر أو يخشى
Maka katakanlah kepadanya dengan perkataan yang lembut supaya dia mengambil pelajaran atau merasa takut..(Toohaa: 44)
Maka beliaupun memulai dengan kata-kata yang lembut mengikuti perintah Alloh ta’aalaa. Beliau mengatakan:
هل لك إلى أن تزكى وأهديك إلى ربك فتخشى
Apakah kamu mau mensucikan diri dan saya tunjukkan kamu kepada Robb mu sehingga kamu takut kepadaNya..
Lalu beliau menunjukkan ayat-ayat dan bukti-bukti (mu’jizat)… lalu ketika Fir’aun menunjukkan pendustaan dan penolakan serta bersikukuh dengan kebatilan, maka Musapun berkata kepadanya, sebagaimana yang Alloh ta’aalaa ceritakan:
لقد علمت ما أنزل هؤلاء إلا رب السماوات  الأرض بصائر وإني لأظنك يافرعون مثبورا
Sungguh kamu telah mengetahui mereka itu, kecuali Robb langit dan bumi, tidaklah menurunkan keterangan-keterangan dan sesungguhnya aku menyangkamu sebagai orang yang akan binasa wahai fir’aun. (Al Isroo’:102)
Bahkan beliau mendo’akan kecelakaan untuk mereka dengan doa yang berbunyi:
ربنا إنك آتيت فرعون وملأه زينة وأموالا في الحياة الدنيا ربنا ليضلوا عن سبيلك ربنا اطمس على أموالهم واشدد على قلوبهم فلا يؤمنوا حتى يروا العذاب الأليم
Wahai Robb kami sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir’aun dan kaumnya berupa perhiasan dan harta di dalam kehidupan dunia ini. Wahai Robb kami, hancurkanlah harta benda mereka dan kunci matilah hati mereka sehingga mereka tidak beriman sampai mereka melihat siksa yang pedih. (Yuunus: 88)
Oleh karena itu orang-orang yang mendengung-dengungkan nash-nash tentang kelemah-lembutan, kesantunan dan kemudahan secara lepas, dan tidak memahaminya sebagaimana mestinya serta meletakkannya tidak pada tempatnya, hendaknya mereka banyak merenungkan dan memikirkan masalah ini, serta memahaminya dengan baik.. jika mereka memang benar-benar tulus ikhlas…
Dan setelah itu hendaknya mereka memahami dengan baik, bahwasanya barangsiapa yang telah dinasehati dengan berbagai macam cara dan yang kebanyakan menggunakan cara-cara yang lembut dan santun, baik melalui surat atau buku atau secara langsung dan berhadap-hadapan, yang dilakukan oleh para da’i (juru dakwah), dan telah dijelaskan kepadanya bahwasanya berhukum dengan selain apa yang diturunkan Alloh ta’aalaa itu kafir… dan dia telah memahami bahwasanya dia tidak boleh memutuskan perkara dengan selain syariat Alloh ta’aalaa … akan tetapi meskipun demikian dia tetap bersikukuh dan menyombongkan diri… meskipun secara dhohir di berbagai kesempatan dia tertawa dihadapan orang-orang yang malang itu dengan memberikan janji-janji kosong lagi dusta dan dengan kata-kata manis serta alasan-alasan yang lemah dan palsu…sedangkan perbuatannya mendustakan ucapannya. Hal itu nampak dari sikap dia yang membiarkan dan tinggal diam terhadap tumbuhnya kekafiran dan kerusakan di dalam negri dan di tengah-tengah manusia dari hari ke hari. Dan dia bersikap keras terhadap para da’i (juru dakwah) dan orang-orang yang beriman, dan menekan mush-lihiin (para aktifis pembaharuan / reformer) setelah sebelumnya senantiasa mengawasi mereka dengan para aparat dari intel dan kepolisian… dan dalam waktu yang sama ia memberikan keleluasaan kepada semua orang yang memerangi diin Alloh ta’aalaa, serta memberikan kelonggaran kepada musuh-musuh Alloh ta’aalaa dan memberikan kemudahan terhadap sarana-sarana yang merusak kepada musuh-musuh Alloh ta’aalaa bahkan menyediakan media-media massa untuk menyiarkan kerusakan dan penyelewengan mereka. Serta mengeluarkan undang-undang dan peraturan-peraturan untuk menghukum setiap orang yang menyerang El Yaasiq gaya barunya yang merupakan kesyirikan, atau orang yang menyatakan kekufuran dan baroo’nya terhadap undang-undang tersebut atau menghinanya atau menerangkan kebatilannya kepada manusia.. dan dia bersikukuh untuk menetapkannya sebagai sandaran hukum yang menjadi pemutus perkara diantara manusia dalam masalah darah (nyawa), harta dan sex (perkawinan) mereka, meskipun hukum tersebut dipenuhi dengan kufrun bawwaah (kekafiran yang nyata).. dan dia tidak mau tunduk dengan syariat Alloh ta’aalaa, dan dia tidak mau menjadikan syariat tersebut sebagai landasan hukum padahal dia mengetahui hal itu merupakan kewajiban dan yang menjadi tuntutan mush-lihiin (para aktifis pembaharuan / reformer)… dengan orang yang semacam ini kita  tidak boleh bermudaahanah (kompromi) atau berdamai atau menunjukkan sikap-sikap yang baik atau menghormatinya dengan gelar-gelar yang ia miliki atau mengucapkan selamat pada hari-hari besar  dan pada momen-momen tertentu atau menunjukkan walaa’ kepadanya dan kepada pemerintahannya… namun tidak dikatakan kepadanya kecuali sebagaimana yang dikatakan oleh Ibrohim dan orang-orang yang bersamanya kepada kaum mereka, yaitu; Sesungguhnya kami baroo’ terhadap kamu, terhadap undang-undangmu dan terhadap hukummu yang merupakan kesyirikan, dan juga terhadap pemerintahanmu yang kafir.. kami kufur (ingkar) terhadap kalian.. dan telah nyata permusuhan dan kebencian antara kami dan kalian selama-lamanya sampai kalian kembali kepada Alloh ta’aalaa dan tunduk serta patuh kepada syariatNya semata.. dan juga termasuk dalam hal ini adalah mengingatkan orang lain agar tidak berwalaa’, taat dan merasa tenang dengan mereka, dan agar tidak memperbanyak jumlah mereka dengan cara menjadi pegawai-pegawai mereka dalam pekerjaan-pekerjaan yang dapat membantu kebatilan mereka atau memperkokoh pemerintahan mereka, dan yang berfungsi menjaga atau melaksanakan undang-undang mereka yang batil seperti menjadi tentara, polisi, intel dan lain-lain…
Dan sungguh sikap salaf terhadap para penguasa mereka pada zaman mereka --- yang mana para penguasa tersebut sama sekali tidak dapat disamakan dengan para thoghut jaman sekarang dan orang-orang yang semacam dengan mereka --- adalah sikap yang tegas, jelas dan bersih.. dan dimanakah posisi para da’i (juru dakwah) pada zaman kita sekarang ini jika dibandingkan dengan sikap para salaf tersebut… padahal para da’i tersebut sangat terkenal dan para pengikut mereka bertepuk tangan untuk mereka… dan padahal para salaf tersebut bukanlah lulusan dari fakultas-fakultas politik atau hukum. Dan mereka juga tidak membaca surat-surat kabar atau majalah-majalah yang busuk dengan dalih untuk memahami tipu daya musuh… namun demikian mereka lari dari penguasa dan pintu-pintunya. Sedangkan penguasa tersebut mencari dan membujuk mereka dengan harta dan yang lainnya. Adapun orang-orang yang mengaku mengikuti salaf pada hari ini, dari kalangan orang-orang yang diin mereka dipermainkan oleh syetan, mereka mencari keuntungan dunia mereka dengan cara merusak diin mereka. Mereka mendatangi dan mencari-cari pintu penguasa sedangkan penguasa menghinakan mereka dan berpaling dari mereka… dahulu salaf melarang masuk ke istana para penguasa yang dholim, meskipun untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar sekalipun, karena khawatir akan tertipu dengan mereka sehingga ia akan bermudaahanah (kompromi) dengan mereka atau berbaik-baikan dengan mereka karena mereka memuliakannya, atau ia akan diam dan membiarkan sebagian kebatilan mereka. Dan para salaf dahulu memandang bahwasanya menjauhi dan mengasingkan diri dari penguasa itu lebih baik, sebagai bentuk dari baroo’ dan ingkar mereka terhadap tindakan-tindakan penguasa tersebut.. dan coba dengarkan apa yang dikatakan oleh Sufyaan Ats Tsauriy dalam suratnya kepada ‘Ibaad bin ‘Ibaad yang berbunyi: “Janganlah kamu mendekati atau bergaul dengan para penguasa sedikitpun. Dan jangan sampai ada yang mengatakan kepadamu;(Lakukan saja) supaya kamu dapat membela atau mempertahankan orang yang didholimi atau mengembalikan hak orang yang diambil secara dholim. Karena ini adalah tipu daya iblis...yang dijadikan tangga (dalih) oleh para quroo’ (ahli Al Qur’an) yang bejat.” (Dari Siyarul A’laam An Nubalaa’ XIII/586 dan Jaami’u Bayaanil ‘Ilmi Wa Fadl-lihi I/179) Lihatlah, Sufyaan Ats Stauriy rh mengatakan bahwa apa yang dikatakan oleh para da’i hari ini sebagai kemaslahatan dakwah adalah “tipu daya iblis”. Dan beliau tidak mengatakan kepada orang yang melakukannya sebagaimana yang dikatakan oleh banyak da’i zaman sekarang yang menghabiskan umur mereka untuk mengejar kemaslahatan dakwah dan membela diin di sisi musuh-musuh dan orang-orang yang memerangi diin: “Tidak begitu wahai saudaraku!! Pertahankanlah posisimu dan dekatilah mereka supaya kamu dapat meraih kedudukan atau mendapatkan kursi di kementerian atau di parlemen, dan supaya kamu dapat meringankan kedholiman atau dapat memberikan manfaat kepada saudara-saudaramu. Jangan kamu biarkan jabatan ini dipegang oleh orang-orang yang banyak maksiyat dan orang-orang yang jahat sehingga mereka memanfaatkannya dan… dan…” Namun beliau menyebut hal ini sebagai tangga (dalih) para qurroo’ (ahli Al Qur’an) yang bejat untuk meraih kesenangan dunia. Dan jika pada zaman mereka saja seperti ini, lalu bagaimana dengan zaman kita sekarang. Kami memohon kepada Alloh ta’aalaa kesejahteraan dan kami berlindung kepada Alloh ta’aalaa dari kejahatan orang-orang zaman sekarang dan dari kejahatan tipu daya mereka. Semoga Alloh ta’aalaa merahmati orang yang mengatakan:
فيه الشقاء وكل كفــر دان
من دون نص جاء في القـرآن
حب الخلاف ورشوة السلطان
قوم تراهم مهطعين لمجلـس
بل فيه قانون النصارى حاكما
تبا لكم من معشر قد أشـربوا
sebuah kaum kau lihat mereka bergegas-gegas menuju majlis…
yang di dalamnya terdapat kesengsaraan dan segala kekafiran yang hina…
bahkan di dalamnya terdapat undang-undang nasrani berkuasa…
dan bukan nash yang datang dari Al Qur’an…
sungguh celaka kalian wahai sekumpulan manusia yang telah terbuai dengan…
cinta perselisihan dan menyuap penguasa…
Dan lihatlah Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhaab, beliau sering mengulangi perkataan Sufyaan Ats Tsauriy yang berbunyi: “Barangsiapa bergaul dengan pelaku bid’ah, dia tidak akan selamat dari salah satu dari tiga hal:
-          Orang lain akan terkecoh dengan perbuatannya yang bergaul dengan pelaku bid’ah tersebut. Sedangkan dalam hadits disebutkan:
من سن في الإسلام سنة  حسنة فله أجرها وأجر من عمل بها بعده، من غير أن ينقص من أجورهم شيء ومن سن في الإسلام سنة  سيئة كان عليه وزرها و وزر من عمل بها من بعده من غير أن ينقص من أوزارهم شيء
Barangsiapa membuat sebuah kebiasaan baik dalam Islam maka dia mendapatkan pahala amalannya dan amalan orang-orang yang mengikuti setelahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa membuat sebuah kebiasaan yang jelek dalam Islam maka dia mendapatkan dosa dari perbuatannya dan perbuatan orang yang mengikuti setelahnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun. (Hadits ini diriwayatkan Muslim)
-          Atau hatinya akan menganggapnya baik, sehingga ia akan tergelincir, lalu dengan itu Alloh akan memasukkannya ke dalam naar (neraka).
-          Atau dia akan mengatakan: Demi Alloh saya tidak akan menghiraukan apa yang mereka katakan dan saya yakin bahwa diriku akan tetap teguh. Padahal barang siapa merasa aman dari hal-hal yang merusak diinnya sekejap mata saja maka Alloh ta’aalaa akan merampas diinnya darinya.” (Dari Ad Duror As Sunniyah dan lain-lain)
Jika bergaul dengan pelaku bid’ah yang kebid’ahannya tidak sampai mengakibatkan kafir --- sebagaimana yang dipahami dari berbagai perkataan mereka --- saja mereka katakan seperti ini… lalu apa kiranya yang akan mereka katakan mengenai bergaul dengan orang-orang murtad dari kalangan penyembah undang-undang dan orang-orang musyrik lainnya. Dan coba perhatikan perkataannya pada poin ke tiga yang berbunyi “sesungguhnya aku yakin bahwa diriku akan tetap teguh” Dan berapa banyak para da’i pada zaman sekarang ini yang berguguran lantaran hal ini. Maka carilah keselamatan dan carilah keselamatan..
Yang jelas bagaimanapun Alloh ta’aalaa telah membantah semua metode yang bengkok tersebut yang para pelakunya berangan-angan bahwa dengannya mereka akan dapat memenangkan diin ini. Maka Alloh ta’aalaa menerangkan bahwasanya tidak ada kemenangan yang dapat diharapkan dan tidak ada kemaslahatan diin sama sekali yang terdapat pada mendekatkan diri kepada orang-orang dholim. Dalam surat Huud yang telah membuat Nabi SAW beruban Alloh ta’aalaa berfirman:
ولا تركنوا إلى الذين ظلموا فتمسكم النار وما لكم من دون الله من أولياء ثم لا تنصرون
Dan janganlah kalian rukuun (sedikit condong) kepada orang-orang dholim yang akan menyebabkan kalian disentuh naar (api neraka). Dan tidak ada wali (pelindung) bagi kalian selain Alloh kemudian kalian tidak akan mendapat pertolongan. (Huud: 113)
Maka tidak ada kemenangan bagi diin atau kemaslahatan yang terletak pada berbagai mudaahanah (kompromi) dan jalan-jalan yang menyimpang ini, meskipun orang-orang menyangka demikian… kecuali jika sentuhan naar (api neraka) itu menurut mereka adalah kemaslahatan dakwah … maka sadarlah dari tidurmu dan janganlah kamu terpengaruh oleh setiap orang yang berkicau dan menggonggong.
Para ahli tafsir mengatakan tentang firman Alloh ta’aalaa yang berbunyi:
لا تركنوا
Janganlah kalian rukuun.
Ar Rukuun artinya adalah sedikit condong.
Abul ‘Aaliyah berkata: “Dan janganlah kalian condong kepada mereka dengan sepenuhnya dalam mencintai dan lemah-lembut dalam berbicara.”
Dan Sufyaan Ats Tsauriy mengatakan: “Barangsiapa mencairkan tinta atau merautkan pena atau mengambilkan kertas untuk mereka maka dia telah terjerumus dalam larangan tersebut.”
Syaikh Hamad bin ‘Atiiq berkata: “Alloh ta’aalaa mengancam untuk menyentuhkan naar (api neraka) kepada setiap orang yang rukuun (sedikit condong) kepada musuh-musuhNya meskipun hanya dengan berkata lembut.”
Dan Syaikh ‘Abdul Lathiif bin ‘Abdur Rohmaan --- beliau juga termasuk salah seorang imam dakwah najdiyah salafiyah --- setelah menyitir perkataan para ahli tafsir yang berkenaan dengan makna rukuun di atas, ia mengatakan: “Hal itu karena dosa syirik itu merupakan tingkatan kemaksiatan kepada Alloh ta’aalaa yang paling tinggi. Lalu bagaimana jika selain itu ditambah dengan sesuatu yang lebih buruk lagi, seperti mengolok-olok ayat-ayat Alloh ta’aalaa, mencampakkan hukum-hukum dan perintah-perintahNya, dan menyebut apa yang menyelisihi dan bertentangan denganNya sebagai keadilan, sedangkan Alloh ta’aalaa, RosulNya dan orang-orang beriman mengetahui bahwa itu semua adalah kekafiran, kebodohan dan kesesatan. Barangsiapa memiliki sedikit saja harga diri dan hatinya masih ada kehidupan tentu dia akan tersinggung karena Alloh ta’aalaa, Rosul, kitab dan diinNya, dan tentu dia akan mengingkarinya dengan keras pada setiap pertemuan dan setiap majlis. Dan ini merupakan jihad yang mana tanpa dengannya tidak akan terjadi jihad melawan musuh. Maka tunjukkanlah diin Alloh ta’aalaa dan senantiasalah saling mengingatkan tentangnya, celalah apa yang menyelisihinya dan baroo’ kepadanya dan kepada pelakunya. Dan perhatikanlah sarana-sarana yang menjerumuskan kepada kerusakan yang sangat besar ini. Dan perhatikanlah dalil-dalil syar’iy yang menutup sarana-sarana tersebut. Kebanyakan manusia meskipun dia telah baroo’ kepadanya dan kepada pelakunya namun mereka menjadi bala tentera pemimpi mereka, ramah kepada pemimpin tersebut dan menjaga kekuasaannya. Hanya kepada Alloh ta’aalaa sajalah kita memohon pertolongan.” (Dari Ad Duror, juz Jihad, hal. 161) Demi Alloh, alangkah menakjubkannya beliau ini, seolah-olah ia berbicara mengenai jaman kita sekarang ini.
Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhaab mengatakan: ”Alloh…Alloh…Wahai saudara-saudaraku berpegang teguhlah kalian dengan pokok diin kalian. Dan yang mana yang paling utama, pondasi dan kepalanya adalah syahadat laailaaha illallooh. Pahamilah artinya, cintailah ia dan orang-orang yang melaziminya, dan jadikanlah mereka sebagai saudara-saudara kalian meskipun secara nasab (hubungan darah) mereka jauh darimu. Dan kufurlah terhadap thoghut, musuhilah dan bencilah mereka dan bencilah pula orang yang mencintai mereka. Atau debatlah dia kenapa dia tidak mengkafirkan mereka, atau kenapa dia mengatakan; Apa peduliku dengan mereka, atau kenapa dia mengatakan; Alloh ta’aalaa tidak membebaniku untuk mengurusi mereka. Karena orang ini telah membuat kebohongan atas nama Alloh… dan telah berbuat dosa yang nyata. Karena sesungguhnya Alloh ta’aalaa telah memerintahkan kepada setiap muslim agar membeci orang-orang kafir, dan mewajibkannya agar memusuhi dan mengkafirkan mereka serta baroo’ terhadap mereka, meskipun mereka itu adalah bapak-bapak atau anak-anak atau saudara-saudaranya. Oleh karena itu takutlah kepada Alloh dan takutlah kepada Alloh…pegangiah itu semua supaya kalian menjumpai Robb kalian dalam keadaan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun.” (Dari Majmuu’atut Tauhiid)


[1] Yang dimaksud Syaikh di sini adalah --- walloohu a’lam --- ia tidak memusuhi dan tidak membenci mereka baik secara global maupun secara terperinci, sampai meskipun dalam hati. Bahkan sebagai gantinya ia memendam rasa cinta dan kasih sayang kepada mereka. Orang semacam ini tidak diragukan lagi telah batal imannya dan telah meninggalkan diin seluruh Rosul. Alloh berfirman:
لا تجد قوما يؤمنون بالله واليوم الآخر يوادون من حاد الله ورسوله
Kamu tidak akan mendapatkan sebuah kaum yang beriman kepada Alloh dan hari akhir saling berkasih sayang dengan orang yang menentang Alloh dan RosulNya.
[2] Lihat catatan kaki sebelumnya.


You Might Also Like :


0 komentar:

Posting Komentar